{"id":9459,"date":"2019-02-07T10:45:25","date_gmt":"2019-02-07T03:45:25","guid":{"rendered":"http:\/\/teraju.id\/?p=9459"},"modified":"2019-02-07T10:45:25","modified_gmt":"2019-02-07T03:45:25","slug":"putera-ngabang-turut-mewarnai-permulaan-jagat-sastra-indonesia-modern","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/teraju.id\/opini\/putera-ngabang-turut-mewarnai-permulaan-jagat-sastra-indonesia-modern-9459\/","title":{"rendered":"Putera Ngabang Turut Mewarnai Permulaan Jagat Sastra Indonesia Modern"},"content":{"rendered":"

* Catatan Syafaruddin Usman MHd<\/p>\n

Pada 1933 timbul satu angkatan yang menyatakan diri sebagai Pujangga Baru. Nama itu bermula sebagai nama majalah yang terbit mulai tahun itu. Penerbitan Pujangga Baru ialah realisasi dari hasrat untuk menyatukan para pengarang dari berbagai suku, daerah, ataupun agama. Berbeda dengan majalah pada umumnya yang memuat karya sastra sebagai tulisan sampingan. Pujangga Baru semata-mata menitikberatkan materi kesusastraan dan bahasa.<\/p>\n

Kala itu Indonesia sebagai identitas nasional belum mewujud, namun proses ke arah pembentukan formal kebangsaan Indonesia yang menyatukan berbagai suku di Nusantara tengah berlangsung. Di arus itulah Pujangga Baru menyatakan, \u201cKesusastraan itu gambar tinggi rendahnya derajat semangat suatu bangsa pada suatu masa, tetapi dalam pada itu pun setiap masa ia sebagai pembangun, penggerak dan pendorong dalam segala cabang penghidupan\u201d (HB Jassin tentang Pujangga Baru, 1961)<\/p>\n

Penerbitan (dan kelahiran sebuah angkatan dalam kesusastraan modern Indonesia) Pujangga Baru adalah realisasi dari hasrat untuk menyatukan tenaga cerai berai pengarang Indonesia yang sebelumnya telah kelihatan hasilnya dalam berbagai majalah. Dalam perjalanan sejarah puisi modern Indonesia, sajak-sajak corak baru mulai tampak kuartal terakhir tahun 1931. Majalah Panji Pustaka tahun IX nomor 81 terbitan 9 Oktober 1931 halaman pertama memuat sajak JAS Affandi \u201cBorneo Kusayang\u201d. Maka orang pun mendapat semacam kejutan membaca sajak karya JAS Affandi ini. Sajak itu telah mewarnai halaman puisi Panji Pustaka adalah sajak semodel yang diperkenalkan oleh Muhammad Yamin, terutama soneta dalam bahasa Melayu. JAS Affandi sebagai seorang penyair kemudian akan terkenal sebagai pembantu Pujangga Baru sebagaimana juga OR Mandank, Yogi, AM Dg Mijala dan lain-lain.<\/p>\n

Bersama JAS Affandi, dikenal pula Gusti Sulung (GS) Lelanang (dituliskan Lalanang). Salah satu sajaknya, Bunga Jelita, dimuat Pujang Baru tahun III edisi nomor 3 terbitan September 1935.
\nKutipan sajak \u201cBunga Jelita\u201d karya GS Lalanang (Gusti Sulung Lelanang):<\/p>\n

Cenderawasih burung dewata
\nHinggap sebentar di ranting dahan
\nParas elok sebagai didandan
\nMolek penaka bunga jelita<\/p>\n

Bulu badan merah berkilau
\nHimbuhan sayap kuning permai
\nPanjang lelak indah tersurai
\nKepala berbulu warna hijau<\/p>\n

Kepak dibabar terbang mengawan
\nHilang lenyap di hati terpaku
\nSukma bernyanyi mendayu-dayu<\/p>\n

Kalau bersayap kan diturutkan
\nMenjadi kawan penawar pilu
\nBeta ditinggal merindu sendu<\/p>\n

JAS Affandi (dan GS Lalanang) kentara sebagai pengarang yang selama ini tersembunyi, terselip, dan tersamar dalam puisinya.
\nDan keduanya, Affandi dan Lalanang, adalah kelahiran Ngabang Kalimantan Barat.<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

* Catatan Syafaruddin Usman MHd Pada 1933 timbul satu angkatan yang menyatakan diri sebagai Pujangga Baru. Nama itu bermula sebagai nama majalah yang terbit mulai tahun itu. Penerbitan Pujangga Baru ialah realisasi dari hasrat untuk menyatukan para pengarang dari berbagai suku, daerah, ataupun agama. Berbeda dengan majalah pada umumnya yang memuat karya sastra sebagai tulisan […]<\/p>\n","protected":false},"author":2,"featured_media":9460,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[14],"tags":[3772,3771],"adace-sponsor":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/9459"}],"collection":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/2"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=9459"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/9459\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/9460"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=9459"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=9459"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=9459"},{"taxonomy":"adace-sponsor","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/adace-sponsor?post=9459"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}