{"id":9540,"date":"2019-02-16T06:13:22","date_gmt":"2019-02-15T23:13:22","guid":{"rendered":"http:\/\/teraju.id\/?p=9540"},"modified":"2019-02-16T06:13:22","modified_gmt":"2019-02-15T23:13:22","slug":"pasinaon-rame-ing-gawe","status":"publish","type":"post","link":"https:\/\/teraju.id\/opini\/pasinaon-rame-ing-gawe-9540\/","title":{"rendered":"Pasinaon: Ram\u00e9 ing gaw\u00e9"},"content":{"rendered":"

Oleh: Leo Sutrisno<\/p>\n

Sikap dasar yang dianggap luhur (oleh orang Jawa) adalah \u2018jauh dari pamrih\u2019 (s\u00eapi ing pamrih). Seseorang yang \u2018sepi ing pamrih\u2019 tidak lagi gelisah dan prihatin terhadap diri sendiri. Pada titik ini, yang bersangkutan dianggap telah mencapai kematangan moral (Jawa). Beberapa sikap khas yang menandai kematangan moral seseorang adalah: \u2018sabar\u2019, \u2018nrim\u00e2\u2019, \u2018iklas\u2019 dan \u2018jujur\u2019.<\/p>\n

\u2018S\u00eapi ing pamrih\u2019 yang merujuk pada terbebas dari napsu-napsu duniawi, sehingga menjadi: \u2018sabar\u2019, \u2018nrim\u00e2\u2019, \u2018iklas\u2019 dan \u2018jujur\u2019 ini merupakan sikap manusia (Jawa) ke arah dalam, ke batin ke dirinya sendiri. Dalam etika Jawa, ada satu frasa lain yang diucapkan satu napas dengan \u2018S\u00eapi ing pamrih\u2019 ini, yaitu: \u201cram\u00e9 ing gaw\u00e9\u2019.<\/p>\n

\u2018Ram\u00e9 ing gaw\u00e9\u2019 merupakan sikap manusia ke arah luar-ke lingkungan sekitarnya. \u2018Ram\u00e9 ing gaw\u00e9\u2019 merupakan sikap dan kelakuan yang menunjukkan bahwa yang bersangkutan telah menempati \u2018tempat(-nya)\u2019 yang tepat, terhadap lingkungan sekitarnya.<\/p>\n

\u2018Ram\u00e9 ing gaw\u00e9\u2019 merupakan pemenuhan peran seseorang pada tempat yang tepat bagi yang bersangkutan. \u2018Ram\u00e9 ing gaw\u00e9\u2019 merujuk pada pemenuhan kewajiban manusia (Jawa) terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, agar diperoleh tempat yang tepat, yang bersangkutan harus \u2018eling lan waspada\u2019 \u2013 ingat dan waspada.<\/p>\n

Dalam kosa kata bahasa Jawa, kata \u2018gaw\u00e9\u2019 bisa bermakna \u2018pekerjaan\u2019 dan bisa juga bermakna ;\u2019pesta\u2019, upacara (adat) yang bersifat religius. Dalam konteks \u2018gaw\u00e9\u2019 yang berarti pekerjaan, maka \u2018ram\u00e9ing gaw\u00e9\u2019 dimaknai sebagai \u2018giat\/rajin\/tekun bekerja\u2019.<\/p>\n

Jika \u2018gaw\u00e9\u2019 dimaknai sebagai \u2018pesta\/upacara adat yang religius\u2019, maka dalam perjalanan hidup manusia Jawa, ada upacara kelahiran, pernikahan, dan kematian. Dalam upcara seperti ini, selalu melibatkan banyak orang dan masing-masing orang memiliki tugas sendiri-sendiri. Sehingga, \u2018ram\u00e9 ing gaw\u00e9\u2019 diartikan sebagai \u2018tahu tugas\u2019-nya, atau \u2018tahu tempat\u2019-nya (dalam masyarakat).<\/p>\n

Jika ungkapan \u2018ram\u00e9 ing gaw\u00e9\u2019 diucapkan dalam satu tarikan napas dengan \u2018sepi ing pamrih\u2019 maka \u2018ram\u00e9 ing gaw\u00e9\u2019 lebih tepat dimaknai sebagai \u2018tahu tugas\/tempat\u2019-nya dalam dunia ini pada umumnya dan dalam lingkungan sekitar (pada khususnya). Mereka yang tahu tempatnya di lingkungan sekitarnya akan hidup selaras dengan lingkungan sekitarnya. Dengan begitu, yang bersangkutan akan hidup berdampingan dengan yang lain dengan daai.<\/p>\n

Dalam konteks seseorang mampu hidup berdampingan dan damai dengan sekitarnya, yang bersangkutan dianggap telah melaksanakan tugas utama manusia (Jawa) yaitu \u201cmemayu hayuning buwana\u2019 \u2013 merawat dunia.<\/p>\n

Memang, \u2018Bumi ini adalah rumah kita bersama\u2019. Karena itu, kita perlu bersatu padu untuk bertanggung jawab atas rumah yang telah dipercayakan Allah kepada manusia. Kita harus merawat Bumi.<\/p>\n

Mangga kaoncekana
\n15-2-2019, Pakem Tegal \u2013 Yogya
\nNuwun<\/p>\n","protected":false},"excerpt":{"rendered":"

Oleh: Leo Sutrisno Sikap dasar yang dianggap luhur (oleh orang Jawa) adalah \u2018jauh dari pamrih\u2019 (s\u00eapi ing pamrih). Seseorang yang \u2018sepi ing pamrih\u2019 tidak lagi gelisah dan prihatin terhadap diri sendiri. Pada titik ini, yang bersangkutan dianggap telah mencapai kematangan moral (Jawa). Beberapa sikap khas yang menandai kematangan moral seseorang adalah: \u2018sabar\u2019, \u2018nrim\u00e2\u2019, \u2018iklas\u2019 dan […]<\/p>\n","protected":false},"author":2,"featured_media":9536,"comment_status":"open","ping_status":"open","sticky":false,"template":"","format":"standard","meta":{"footnotes":""},"categories":[14],"tags":[3809,3814],"adace-sponsor":[],"_links":{"self":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/9540"}],"collection":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts"}],"about":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/types\/post"}],"author":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/users\/2"}],"replies":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/comments?post=9540"}],"version-history":[{"count":0,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/posts\/9540\/revisions"}],"wp:featuredmedia":[{"embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/media\/9536"}],"wp:attachment":[{"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/media?parent=9540"}],"wp:term":[{"taxonomy":"category","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/categories?post=9540"},{"taxonomy":"post_tag","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/tags?post=9540"},{"taxonomy":"adace-sponsor","embeddable":true,"href":"https:\/\/teraju.id\/wp-json\/wp\/v2\/adace-sponsor?post=9540"}],"curies":[{"name":"wp","href":"https:\/\/api.w.org\/{rel}","templated":true}]}}