Oleh: Juharis
Hingga hari ini pertumbuhan ekonomi nasional selalu disumbangi oleh sektor pertanian. Sektor yang rerata berasal dari desa ini tidak pelak lagi dilakoni oleh petani. Tidaklah berlebihan manakala petani kita sebut sebagai pahlawan pangan nasional. Perannya yang begitu agung, mampu membuat semua orang tanpa terkecuali menikmati hasil budi dayanya. Bahkan masyarakat kota yang terbilang elit sekalipun, tidak akan bisa lepas dari keberadaan petani.
Demikian halnya masyarakat Desa Puguk. Satu di antara desa yang terletak di Kecamatan Ambawang, Kabupaten Kubu Raya ini memiliki potensi ekonomi yang cukup besar. Sepintas penulis melihat panorama perjalanan selama kegiatan goes to school kala itu, menampakkan pemandangan yang asri dan permai. Sekeliling jalan dipenuhi padi yang tumbuh menghijau. Beberapa kali juga melihat pohon sawit yang berjejer rapi milik perusahaan atau warga setempat. Ini menandakan betapa peran petani di desa ini sangat besar.
Perilaku ekonomi masyarakat Puguk menurut Baiti Jannati, salah satu warga yang pernah menetap di sana, menuturkan bahwa mayoritas pekerjaan warga adalah petani disusul pedagang dan pegawai negara. Terbukti, berdasarkan observasi sederhana penulis, tampak dari pemandangan sekitar rumah warga terdapat sawah dan kebun sawit yang membentang luas.
Lain halnya dengan pedagang dan pegawai, jumlahnya tidak sebanyak petani. Perilaku berdagang masyarakat Puguk kebanyakan berasal dari pedagang sembako yang berderet di tepi jalan. Jarak pedagang sembako yang satu dengan yang lain tidak teratur. Barangkali dilatarbelakangi oleh kondisi strategis atau tidaknya. Hampir semua pedagang, memoosisikan warungnya di tempat ramai atau persimpangan jalan yang ramai dilalui warga. Ada pula berada di dekat perkantoran sekolah. Hal ini lazim adanya, sebab secara rasional pun kita dapat memafhuminya sebagai strategi dalam berdagang.
Sementara itu, saat penulis memperhatikan medan jalan, keadaannya tidak begitu mendukung di musim penghujan. Penulis memperkirakan, kondisi ini berpotensi menghambat kegiatan ekonomi masyarakat. Namun, setelah disaksamai lebih lanjut, rupanya ada alternatif lain yang menghubungkan desa dengan kota provinsi. Oleh sebab letak desa tidak benar-benar jauh dari kota provinsi, tidak menutup kemungkinan harga sembako sebagai kebutuhan utama masyarakat desa tidak mengalami perubahan yang signifikan.
Sedangkan jika mencermati perumahan dan fasilitas transportasi warga desa, rata-rata terpenuhi dan terbilang cukup megah. Dari sini kita bisa menyatakan bahwa pendapatan masyarakat telah membantu kebutuhan utama sebagai pilar kehidupan. Dengan demikian, tidak berlebihan apabila kita menyebut masyarakat Desa Puguk sudah sejahtera dari segi ekonomi.