Catatan Perjalanan ke Pontianak Bag-2: Mandiri, Sinergi dan Kontribusi

6 Min Read

Oleh: Bambang P

Malam itu juga, setelah kami dijamu oleh Wakil Walikota Pontianak di aula rumah dinas Walikota, kami kemudian diarahkan oleh panitia dari Alumni KAMMI Kalbar ke tempat pertemuan di sebuah hotel yang berada tepat di jantung kota Pontianak. Di tempat tersebut, Fahri Hamzah sebagai Presiden Alumni KAMMI akan melantik Pimpinan Wilayah Keluarga Alumni KAMMI Kalimantan Barat.

Fahri Hamzah datang ke tempat acara dan seluruh undangan di ruangan menyambut dengan meriah. Seolah-olah mereka berkata dengan kompak; “awak datang, kami sambot” kata orang Pontianak. Slogan itu tertulis di banyak tempat. Slogan yang menunjukkan watak alami orang Kalbar yang ramah pada tamunya.

Di acara tersebut, Fahri Hamzah melantik dan mengukuhkan Pimwil KA KAMMI Kalbar, sekaligus memberikan Orasi sebagai subjudul Tema Dialog dengan judul orasi “Reformasi: Setelah 19 Tahun dan Apa Yang Telah Kita Capai”. Tema ini sengaja kita pilih, dalam rangka beberapa hal.

Pertama bahwa kita akan segera memasuki bulan Mei. Bulan Reformasi. Bulan perjuangan. Bulan dimana sembilan belas tahun lalu, Fahri Hamzah bersama eksponen 98 sejamannya, telah berjibaku berada di garis depan bersama massa rakyat menumbangkan Rezim Orde Baru; menapaki puncak gelombang sejarah; dan menetapkan enam visi perubahan bangsa ini yang masih relevan untuk menjadi warisan perjuangan aktivis hari ini.

Kedua, Fahri Hamzah adalah salah satu tokoh utama dari Peristiwa Mei 98. Bersama Amin Rais dan banyak tokoh reformasi lainnya, Fahri Hamzah telah menjadi simbol dari pergulatan generasi baru bangsa ini melawan otoritarianisme kekuasaan dan kebuntuan zaman. Dan di tengah krisis itulah, generasi baru ini lahir dan menawarkan tesis baru bagaimana kita mengelola negara. Generasi ini; yang dulu nyala apinya menerangi gelap yang berbilang lama, harus turun tangan lagi.

Menularkan memori gelombang duapuluh tahun lalu; menularkan semangat dan optimisme kepada kaum muda hari ini.

Bersama Walikota Pontianak H. Sutarmidji, Fahri Hamzah juga disandingkan dalam Dialog Kebangsaan dengan tema “Narasi Besar Kepemimpinan Daerah Untuk Kesejahteraan Masyarakat Kalimantan Barat”. Tema ini sengaja diambil juga karena beberapa alasan. Pertama, tema kepemimpinan adalah tema yang mengemuka di Pontianak dan Kalbar.

Kontestasi politik Pemilihan Gubernur Kalimantan Barat tinggal beberapa bulan lagi. Semua bicara tentang itu. Aktivis harus menjadikan tema suksesi sebagai tema utama diskusi.

Kedua, tema kesejahteraan rakyat sejatinya adalah tema yang bertalian dengan Roadshow Reformasi yang sedang Fahri Hamzah lakukan. Poin kelima dari enam Visi Reformasi adalah otonomi daerah yang seluas-luasnya.

Jelas sekali tujuan otonomi. Kemandirian daerah yang luas adalah salah satu kunci kesejahteraan rakyat. Daerah harus diberi kepercayaan penuh untuk mengelola dan mengatur dirinya sendiri. Biarkan pemimpin daerah leluasa mengatur dan membawa daerahnya menjadi lebih sejahtera.

Kita juga tidak boleh menutup mata, bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kritik atas kekuasaan daerah yang luas ini -dalam beberapa kasus- membawa dampak negatif di daerah. Penguasaan dan kewenangan pengelolaan tanah oleh daerah menjadikan daerah sebagai tempat ekspansinya modal secara brutal.

Kekuatan modal (asing) bekerjasama membeli dan mengurus ijin pengelolaan tanah-tanah milik penduduk di seluruh daerah dan mengubahnya menjadi lahan-lahan raksasa sawit dan tambang tanpa terkendali.

Lemahnya regulasi dan begitu mencengkeramnya modal (asing) didalam pemerintah daerah, membuat tak lama lagi banyak daerah yang kaya dengan sumberdaya alam, justru tak lagi berdaulat. Semua tanah dikuasai asing. Daulat daerah adalah daulat negara. Dan kita memasuki babak baru dimana kita merasa merdeka tapi sesungguhnya kita hampir tak punya apa-apa.

Problem lain dari otonomi adalah lemahnya akuntabilitas keuangan daerah. Kontrol pada penggunaan anggaran daerah sangat minim.

Inefisiensi penggunaan anggaran juga menjadi fakta yang merebak dimana-mana. Rakyat menjadi tak percaya pada pemimpinnya. Kualitas demokrasi elektoral kita juga menjadi taruhannya. Dan banyak sekali tantangan dari otonomi yang harus kita carikan solusinya. Walaupun tentu saja, kita harus bersyukur bahwa otonomi jelas memberikan dampak yang positif bagi seluruh daerah di Indonesia.

Dalam sambutan awalnya, Walikota Pontianak menyampaikan beberapa hal.

Pertama, bahwa pemerintah Pontianak sudah melakukan berbagai macam inovasi terkait dengan pelayanan publik. Semua interaksi warga dengan pemerintah terkait kebutuhan publiknya, bisa secara efektif dilakukan.

Kedua, berbagai macam inovasi tersebut dikerjakan oleh banyak anak muda Pontianak lulusan luar negeri yang memang disekolahkan oleh daerah.

Ketiga, jumlah pegawai pemerintah daerah di Kota Pontianak mengalami penurunan drastis. Jika pemerintah pusat dan banyak daerah di Indonesia mengadakan atau mengerjakan jumlah Aparatur Sipil Negara sebanyak 1,6 % dari jumlah penduduk, maka Pontianak hanya menggunakan 0,8% dari jumlah penduduk. Dan ternyata bisa bekerja secara efektif dan efesien dalam melayani masalah rakyat.

Terakhir, Walikota Pontianak menyambut baik pelantikan Keluarga Alumni KAMMI. Walikota Pontianak juga berharap bahwa Alumni KAMMI di masa depan bisa menjadi pemimpin daerah dan bangsa ini. Tak lupa juga, Walikota Pontianak mengajak alumni KAMMI untuk bersinergi dan berkontribusi dengan Walikota Pontianak memajukan Kalimantan Barat. Ajakan yang disambut tepuk tangan dari seluruh hadirin. (Pontianak, 28 April 2017. Penulis adalah Keluarga Alumni KAMMI)


Kontak

Jl. Purnama Agung 7 Komp. Pondok Agung Permata Y.37-38 Pontianak
E-mail: [email protected]
WA/TELP:
- Redaksi | 0812 5710 225
- Kerjasama dan Iklan | 0858 2002 9918
Share This Article