teraju.id, Ancol – Imam Besar Istiqlal, Prof Dr Nasaruddin Umar, Ph.D yang tampil di sesi pertama usai pembukaan rakernas FKPT, Senin, 18/2/19 menekankan perlunya sikap mental ikhlas menerima cercaan ketimbang pujian. Hal tersebut dilarbelakangi dengan pengabdian di bidang deradikalisasi tidaklah mudah. Lebih banyak cercaan ketimbang pujian.
“Biarlah kita dicerca di bumi namun dikenal penduduk langit, daripada banjir pujian penduduk bumi, namun tidak dikenal di langit,” ungkapnya seraya menyebutkan, begitulah akhlak setiap orang yang mengaku beriman.
Mantan Wakil Menteri Agama ini memuji pengurus FKPT adalah orang-orang yang terpilih dari provinsi masing-masing. Setiap orang adalah tokoh di bidangnya masing-masing. Menurutnya, suara FKPT sangat layak untuk didengarkan para wakil rakyat yang duduk di legislatif, sehingga bisa mendapatkan daya dukung lebih besar, masyarakat sejahtera serta aman dari radikalisme.
Mantan Dirjen Bimas Islam ini mengajak FKPT untuk menggali kearifan lokal serta membaca sejarah. “Orang yang tak paham sejarah, bisa masuk lubang dua kali.”
Dahulu, kata pria kelahiran Ujung Bone, Sulawesi Selatan, kekuatan politik sangat lokal, yakni masa kerajaan. Kini peta politik berubah. Perubahan itu harus dipahami dan dicermati. Termasuk radikalisme global.
“Iran dan Irak kurang apa dalam keislamannya, kenapa terpapar radikalisme? Kita harus pelajari sejarah. Dalami data dan angka. Jaga modal keamanan yang dimiliki Indonesia,” imbuhnya dengan nada datar dan lembut.
Indonesia, lanjutnya, menguak prediksi futurolog dunia, bahwa Indonesia empat kali diprediksi pecah. Namun tidak terjadi. Apa sebab? Menurut tokoh yang pioner perihal dialog antar umat beragama di dunia ini adalah sikap hidup beragama yang toleran.
“Jangan mudah mengklaim kafir. Ahmadiah. Syiah. Sebab perpecahan umat beragama inilah yang sedang dilakukan pihak yang menghendaki Indonesia bubar,” urainya.
Radikalisme adalah anak kandung globalisasi. Demikian karena globalisasi menghasilkan ketidakadilan. Ketidakadilan inilah musuh bersama. (Nuris)