Oleh: Yusriadi
Orang rumah mengajak saya pergi menyaksikan Pak Muda –Bupati Kubu Raya, Kalbar, menanam padi di Parit Keladi, Sungai Kakap, Kubu Raya. Dia lantas membagikan famplet kegiatan, berisi foto Pak Muda dilengkapi beberapa informasi kegiatan tentang wisata tanam padi.
Saya, karena memang tak ada kegiatan di Ahad pagi, mengiyakan ajakan itu. Selain penting bagi istri untuk tambahan data tesisnya mengenai kebijakan non-tunai dan beras Kubu Raya, saya pikir bisa sekalian pelesiran, ikut berwisata dan mungkin bertemu kenalan. Tambahan, saya sudah lama tak jalan-jalan ke daerah Kakap ini. Biasanya, banyak jalan, banyak pengalaman, dan mungkin ada pengalaman yang bisa ditulis. Mungkin juga survei awal untuk rencana-rencana di hari muka.
Kami turun agak telat –tidak pagi-pagi sebagaimana jadwal kegiatan dimulai pukul 06.00, karena urusan tertentu. Lagi pula tidak ada kegiatan atau tugas khusus di sana–kecuali mengamati dan membuat beberapa catatan.
Ketika sampai di dekat lokasi, dari ujung simpang jalan masuk, suasana nampak sepi. Petugas jaga simpang memberitahu, para pejabat sudah datang sejak pagi.
“Dah selesai,” katanya, melunglaikan kaki.
Tetapi, sudah terlanjur pergi, pantang berbalik sebelum sampai ketemu padi.
Eeh… tiba di persimpang beberapa ratus meter sebelum lokasi, suasana beda sekali. Sangat ramai. Puluhan mobil terlihat terparkir di kanan kiri. Motor-motor, jangan dikata. Ratusan bilangannya. Orang yang hadir di sana ribuan.
“Tiga ribu, ada,” kata seorang pegawai Dinas Pertanian Kubu Raya, mengira.
Warga kampung, anak sekolah, pengurus desa dan gapoktan dari desa lain, pegawai kecamatan dan instansi di Kubu Raya, hadir membanjir.
Pejabat yang datang juga banyak. Gubernur Kalbar, Kapolda Kalbar, Pangdam, Kepala Dinas, Kampus, Bupati Kubu Raya, dll. Dari kalangan muda, berbagai duta datang bersama. Mulai dari Duta Pertanian, Pariwisata, Bujang Dara, terlihat mata menyerikan suasana. Tambah lagi dentuman suara dari pentas di tengah arena.
Pujian dua jempol untuk penyelenggara. Wabil khusus untuk yang punya rencana.
Gerakan wisata tanam padi millenial diberi nama. Kegiatannya terdengar sederhana tetapi nyatanya luar biasa.
Orang tua memula, mengingatkan masa kecil dan lingkungannya. Kaum muda mencontoh melakukan sambil bersuka ria.
Kecintaan pada lahan padi bertambah. Itu juga artinya, perhatian pada lingkungan akan diberikan.
Lebih dari sekadar bergema untuk peningkatan produksi padi dari desa, acara ini bisa jadi pendongkrak ekonomi desa. Andai saja wisata ini dikemas dengan lomba-lomba dan kegiatan yang relevan tentu wisatawan akan lama masanya di sana. Uang juga terbelanja untuk warga. Wisatanya pasti kian mengena.
Agaknya, begitu ya? (*)