Oleh: Winda Wulandari
Suasana kelas tampak gaduh saat mendengar tugas resensi yang diberikan Pak Yus. Banyak yang kebingungan, sekalipun sebelumnya pembahasan tentang hal itu dilakukan.
“Gimana sih buat resensi itu?”
Kebetulan bapak menyuruh saya mengkodinir semua itu. Kami meresensi buku-buku yang diciptakan oleh anak Club Menulis. Aku termenung,
“Sayangnya aku belum ada menulis buku, kalau seandainya ada, aku ingin melihat penilaian kawan-kawan terhadap bukuku”.
Pada saat selesai perkuliahan aku bersama Ade Almayda bergegas menuju Club Menulis untuk mengambil buku yang akan kami resensi. Kawan-kawan banyak menitip kepadaku untuk mengambil buku mereka. Aku menjawab, “Pak Yus bilang harus ngambil sendiri-sendiri”.
Kemudian kawan-kawan pun bergegas pula menuju ruang Club Menulis mereka kuinfokan lewat grup WA kelas.
Pada hari itu ruangan Club Menulis dipenuhi oleh mahasiswa Akuntansi Syariah A, mereka memilih dan memilah buku dan membacanya sebentar. Dalam pikiranku, “Mereka pasti sedang mencari buku menarik untuk dibaca”.
Mereka datang satu persatu, “Win, ini buku aku Win”.
“Win, aku pinjam yang ini ya”.
“Win, catat ya, aku pinjam buku ini”.
Dan masih banyak lagi.
Hari-hari berlalu kawan-kawan bertanya kepadaku bagaimana tentang resensi buku. Aku sempatkan diri membaca di beberapa situs untuk contoh meresensi buku. Aku pun mendapat satu contoh resensi yang aku anggap mudah untuk dipahami. Aku screenshoot di hp dan kukirim ke grup WA, kawan-kawan melihat dari contoh yang aku kirim. Mereka paham dan bergegas mengerjakannya.
Ada beberapa yang sudah selesai, dan bertanya kepadaku, “Win ini betol ke?”
Jawabku, “Aku pon macam tu”.
Bagi mereka yang sudah menyelesaikan tugasnya buku yang mereka pinjam kusuruh cepat antarkan, takutnya hilang atau terjadi hal yang tidak diinginkan.
Kesalahanku ialah aku terlalu sok tahu dan tak ingin bertanya kepada orang-orang yang lebih mengerti dariku sehingga aku berani membuat keputusan bahwa resensi yang dibuat itu benar. Setelah salah satu kawan mengirim file tugas resensinya ternyata salah, dia bertanya kepadku, “Win ngape resensi aku salah” .
Aku terkejut. “Benarlah? Kalau kau salah aku pun salah, kan kita sama”.
Aku mengambil keputusan untuk bertanya kepada Pak Yus, dosen Bahasa Indonesia.
“Pak, resensi kawan ada yang salahkah, Pak? Winda gitu juga, Pak”. Menunggu beberapa menit untuk dapat balasan dari Pak Yus, jawabnya, “Coba cari yang terbit di republika atau kompas”.
Aku pun bergegas memberitahukan ke kawan-kawan.
Di situ aku merasa bersalah sekali terhadap mereka karena sebab contoh yang aku berikanlah mereka jadi salah, aku meminta maaf kepada mereka. Aku tahu pasti mereka sangat kecewa dengan semua itu.
Terkadang sok tahu itu dibutuhkan dan terkadang juga sok tahu bisa membuat masalah. Dari situlah aku belajar untuk bisa merubah sikap sok tahuku itu. Jujur sekali aku terkadang malu untuk bertanya apa lagi sama dosen, tapi di situ aku belajar untuk buang rasa malu itu, dan tumbuhkan dengan sikap percaya diri. (CM/Akutansi Syariah A, IAIN Ptk)