Oleh: Musfeptial
Selamatan sastra lisan di Kalimantan Barat, tim peneliti Badan Bahasa dan Perbukuan Kemdikbud serta peneliti Balai Bahasa Kalimantan Barat mengadakan koordinasi untuk memantapkan revitalisasi sastra lisan Basengan pada masyarakat Dayak Gerungan, Sandai. Revitalisasi tahap awal ini dilaksanakan dari tanggal 29 Maret sampai dengan tanggal 3 April 2019. Kedatangan tim revitalisasi sastra lisan Basangen diterima baik dan sangat antusias oleh Demung dan Kepala Desa Batu Omas. Adapun tim yang melakukan revitalisasi terdiri atas Maini Trisna Jayawati dan Eva Yenita Syam dari Badan Bahasa dan Martina serta pembantu lapangan Eka Winarti dari Balai Bahasa Kalimantan Barat.
Masyarakat Dayak Gerungan sangat berterima kasih sudah mendapatkan perhatian dari Badan Bahasa dan Perbukuan Kemendikbud untuk mengangkat sastra lisan Besangen yang tidak diketahui oleh orang di luar Nanga Tayat meski sebenarnya di Batu Omas, tradisi ini tetap berjalan seperti Sangen Rojak atau menjala ikan, pindah rumah, dan kematian, serta upacara adat lainnya.
Kepala desa yang sangat muda dan lulusan sekolah pemerintahan di Yogyakarta tersebut mengakui bahwa kesadaran masyarakat terhadap budaya daerah sangat memprihatinkan. Ini terbukti ketika diadakan lomba mendongeng tingkat kecamatan, tidak satu orang pun yang mendaftar.
Mereka berjanji akan sama-sama melaksanakan latihan Besangen sebagai bentuk pewarisan kepada generasi muda Desa Batu Omas, seperti program yang dimaksudkan oleh tim revitalisasi sastra lisan Besangen ini.
Ibu Maini Trisna Jayawati, perevitalisasi bidang pelindungan dalam pengamatannya mengatakan bahwa tradisi Sangen ini hidup dengan normal dalam masyarakat. Akan tetapi, gaungnya yang tidak terdengar ke luar desa. Eva Yenita Syam, peneliti sastra lisan Badan Bahasa Kemdikbud menambahkan ketika diadakan pertemuan dengan anak-anak sekolah di Desa Batu Omas, dan anak diperkenalkan dengan sastra lisan Besangen terlihat mereka sangat antusias. Eva meyakini bahwa nilai yang terkandung dalam sastra lisan akan bermanfaat bagi anak-anak dalam kehidupan. Baik tentang sikap santun dan menghargai orang yang lebih tua dari mereka dll. Selain itu, sebagai kegiatan tahap awal, koordinasi ini bertujuan mengenalkan Besangen sebagai budaya yang berisi pembelajaran kepada generasi milenial agar tetap ‘melek’ kearifan yang bermanfaat sekaligus menghargai jati diri mereka, sebagai pemilik budaya dan tradisi yang sesungguhnya bernilai tinggi ini. *