MZH dalam Kenangan

7 Min Read

Oleh: Nur Iskandar

Kabar duka seliweran di kanal media sosial sejak Drs HM Zeet Hamdy Assovie, MTM menghembuskan napas terakhirnya, Senin, 5/5/24 sekira pukul 16.00 di RS Dharmais Jakarta karena sakit.

Seraya mengucap innalilahi wa innaa ilaihi roji’uun (segala sesuatu datangnya dari Allah dan akan kembali pula kepada Allah SWT) bibir melafazkan Ummul Kitab, Alfatihah seraya mendoakan mantan dwo-sekda, yakni Sekda Pemkot Singkawang dan Sekda Provinsi Kalimantan Barat (2010-2018) berpulang ke Rahmatullah dengan Husnul Khatimah, sejumlah kenangan kebersamaan kami pun hadir seliweran. Tentu dalam kapasitas penulis sebagai jurnalis dan Alm MZH selaku aparat publik dengan kedudukan ASN yang pernah melahirkan Mapeska (Masyarakat Peduli Kapuas) saat beliau masih “cepak” di Dinas Pariwisata dengan melibatkan akademisi lingkungan hidup Prof Ir H Abdul Hamid, M.Eng.

MZH yang saya kenal full spirit. Kaya ide dan penuh semangat.

Di masa menjadi Sekda Pemkot Singkawang mendampingi Walikota Drs H Awang Ishak, ada prestasi mutual yang dirasakan hingga sekarang. Jalur jalan dua arah sejak tapal batas menuju ke dalam kota. Target ambisiusnya adalah menjadikan Kota Singkawang sebagai Kota Pariwisata yang ditopang kehebatan infrastruktur, jalan lebar salah satunya.

Sayang seribu sayang koalisi pecah kongsi dalam perjalanan. Awang Ishak dan MZH harus berseberangan, dan bidak catur karir MZH kembali ke Provinsi Kalbar. Di masa Gubernur Usman Ja’far dia “diselamatkan” sebagai kepala dinas.

Kontestasi Pilgub pada 2007 menghantarkan paket Drs Cornelis, MH – Christiandy Sanjaya, SE, MM memenangkan kursi KB-1. MZH punya posisi tawar yang sangat strategis di mata mantan Bupati Landak, Cornelis. Sebab KB-1 dipimpin koalisi Dayak – China dan secara agama duet Katolik-Protestan butuh unsur penyejuk. Terpilihlah MZH sebab pria berdarah Arab ini juga adalah Ketua Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU). Maka sublimlah Kalbar dalam “kabinet pelangi” yang toto tentrem kerto rahardjo sampai habis masa jabatan Gubernur Cornelis selama dua periode. MZH merupakan Sekda Provinsi yang awet. Lama karena terpercaya. Dia bisa melakoni tugas-tugasnya sebagai orang nomor satu di jajaran birokrasi pemerintah daerah.

Sepanjang masa karir itu hubungannya dengan media sangat ajeg. Beliau mudah ditemui. Tidak irit bicara. Bahkan kerap “ngelawak” dengan tokoh “timpak keramat” bernama Wak Lojeng. Sesiapa yang kenal dekat MZH pasti tahu maksud sapaannya dengan Wak Lojeng…

MZH juga dekat dengan pihak di luar NU dan Islam. Ia bangga pernah sekolah di Bruder. Untuk itu dia khatam Injil. Perjanjian Lama. Perjanjian Baru. Sampai doa-doa. Wajar Pak Cornelis dan Christiandy Sanjaya “lebur” bersama. Cocok paham.

Satu hal lagi MZH perokok berat. Matching dengan KB-1. Terkadang ruangan ber-AC pun disikat. “Ruangan ber-AC kah? Ah ndak apalah, sikit agik.” Barulah puntung rokok dibenamkan ke dalam ashbak. Wajar ruang tamu Sekda meninggalkan kedap aroma nikotin. Tapi nyala api rokok itu pula nyala api semangat kerjanya.

2018 berakhir masa jabatan Gubernur Cornelis. Koalisi dengan MZH terpaksa dipisah oleh kurun waktu. Adapun gubernur terpilih berikutnya adalah Walikota Pontianak dua periode yang “sebel” dengan asap rokok. Kota yang dipimpinnya adalah Kota Layak Anak dan bebas asap rokok.

Drama pertemuan MZH – Sutarmidji sangat dinanti publik. Apalagi sempat terjadi seteru soal PDAM.

Nah, kami awak media seperti setrika. Mendengar klarifikasi atas klarifikasi kedua belah pihak.

Dalam hal kemelut PDAM yang disulut penilaian nol dari Pemprov kepada Pemkot Pontianak mengakhiri posisi Sekda yang secara waktu pun sudah terlama.

MZH mencoba keberuntungannya dengan mendaftar selaku Sekjen KPK, namun takdir berkata lain. Kendati masuk lima besar, namun posisi terbaik untuk mengharumkan nama Kalbar tak pula berhasil diraih.

Sampailah kanker otak terverifikasi dan menjalani operasi di tahun 2023. Kakak kandung, akademisi FKIP Universitas Tanjungpura Dr Rif’at Hamdy Assovie menyatakan bahwa kanker sudah stadium empat. Terlambat untuk dibendung. Sampai akhirnya operasi lanjutan mesti dilakukan di RS Dharmais Jakarta, hampir setahun berselang.

Sebagai jurnalis, saya mencatat tiga peninggalan abadi MZH yang mungkin luput dari expose media.

mzh dalam kenangan 1
MZH (tengah) diapit Ketua Yayasan Sultan Hamid II Alkadrie Anshari Dimyati, SH, MH (kiri) dan Pembina Yayasan Sultan Hamid II Alkadrie, Turiman Faturahman Nur, SH, M. Hum (kanan)

Pertama, Universitas Nahdlatul Ulama. UNU lahir dan eksis di Kalbar sebagai buah kerja keras mantan Ketua PWNU MZH. Kini mahasiswanya semakin banyak dengan lokasi kampus dekat Bandara Soepadio Kubu Raya.

Kedua, Kalbar semakin aman dari friksi etnik dan agama dengan suksesnya MZH menjadi Sekda cum Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) periode pertama dan kedua di masa BNPT masih dijabat Brigjen Ansad Mbay. Kalbar aman dan damai. Bahkan di masa pemilu pun Kalbar aman dari konflik anarkistik. Bahkan dari cap merah Bawaslu RI menjadi yang terbaik nasional. MZH punya peran strategis selaku orang nomor satu di jajaran birokrasi.

Ketiga, MZH punya atensi kepada Sang Perancang Lambang Negara karya Sultan Hamid II Alkadrie salah satu anggota kabinet pertama pasca proklamasi. Atas sokongan MZH berhasil terbit buku biografi politik Sultan Hamid II Alkadrie Sang Perancang Lambang Negara, berhasil dilaunching secara besar-besaran di Gedung PCC dalam suasana khidmat shaum Ramadhan. Bahkan berhasil Pameran Perancangan Lambang Negara 3 bulan lamanya di Gedung Arsipda Provinsi Kalimantan Barat. Dari ikhtiar keras itu pengakuan demi pengakuan dilahirkan negara kepada Sultan Hamid II Alkadrie, Sultan ke-7 Qadriyah Pontianak.

Selamat jalan Bang MZH. Teduh bersemayam di bawah rerimbun pohon trembesi pemakaman muslim Jl Ali Anyang Kota Pontianak. Ribuan pelayat yang sedia menyolatkan dan menghantarkan ke pemakaman menandakan Pak Zeet adalah kawan, mitra, sahabat yang baik dan berprestasi untuk umat, bangsa dan negara. *


Kontak

Jl. Purnama Agung 7 Komp. Pondok Agung Permata Y.37-38 Pontianak
E-mail: [email protected]
WA/TELP:
- Redaksi | 0812 5710 225
- Kerjasama dan Iklan | 0858 2002 9918
Share This Article
Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.