Oleh: Dr Ferry Hadari
Yus. Tongkrongannya slenge’an. Lebih sering bercelana jeans, berkaos hitam ditambah dengan tubuh kurus serta rambut gondrong, lurus hampir sepinggang.
Dia Yus. Dia lah salah satu mahasiswa hasil pengkaderan yang banyak memberikan prestasi, menegakkan nama baik Teknik. Ia lah yang paling sering mendampingi saya dan dosen lain untuk melakukan Pengabdian kepada Masyarakat di beberapa sekolah untuk workshop pembuatan robot. Ia pula yang membantu riset membuat drone untuk sistem mitigasi kebakaran gambut. Ia juga bagian dari tim saya yang membuat aerator mobile untuk membantu pembudidaya ikan. Ia yang ketika dalam tim bimbingan saya, Program Kreativitas Mahasiswa, meraih nilai tertinggi saat monitoring evaluasi dari reviewer BELMAWA KEMENRISTEKDIKTI dengan hasil berupa alat kendali hama wereng menggunakan gelombang elektromagnetik. Ia lah yang dengan dua temannya tidak menolak ketika saya suruh untuk mengangkat alat setinggi hampir 2 meter tersebut, lengkap dengan box controller, serta panel surya, dari lantai bawah ke lantai 3 Rektorat.
Dia Yus. Dia yang pernah mewakili lomba roket di tingkat nasional. Dia pula yang pernah menjadi Ketua Tim Robot Teknik. Dia juga yang memimpin workshop pembuatan robot saat kunjungan ke luar negeri. Ia yang pernah membuat para mahasiswa di UNIMAS dan Swinburne University, Malaysia akhirnya terperangah karena tak pernah menyangka Teknik UNTAN tak ketinggalan di teknologi robotik. Tapi ia bukan tanpa cela. Ia dan belasan anggota Tim Robot Teknik pernah saya evaluasi ketika ikut lomba Kontes Robot Nasional di UPI, Bandung karena pengabelan di salah satu robot asal-asalan. Ia, mahasiswa lainnya serta saya yang saat itu sebagai salah satu dosen pembimbing push up bersama-sama agar di suatu hari nanti jadi pelajaran agar kami tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Dia Yus. Asli putra Dayak. Mahasiswa Teknik Elektro UNTAN, konsentrasi Teknik Kendali, angkatan 2014. Dia lah yang akhirnya tadi pagi berhasil mendapat nilai A untuk sidang sarjananya. Dengan nilai IPK 3.3, maka pantas pula dikatakan ia nyaris sempurna sebagai seorang sarjana. Ia lah yang di skripsinya tadi berhasil merancang controller untuk pengisian baterai 12 volt agar dapat digunakan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Bayu dengan spesifikasi 500 watt peak dengan tujuan untuk peningkatan efisiensi serta mencegah terjadinya over voltage. Ia mendapatkan ide skripsinya ini ketika selama beberapa bulan Kerja Praktek di PT. Lentera Bumi Khatulistiwa milik Ricky Elson di Ciheras, Tasikmalaya.
Dia Yus. Sampai tadi pagi ketika ia sidang, ia masih memelihara rambut gondrongnya. Walau tentu saja pandai menempatkan diri. Rambut diikat rapi, mengenakan jas dan berdasi. Dia slenge’an, memang. Tapi Yus tidak merokok, apalagi mabuk-mabukan dengan arak 5 ribuan. Ia menyibukkan dirinya dengan belajar dan mencari uang. Tidak pernah mengharapkan kiriman orang tua di kampung setiap bulan. Dia kader yang mencoba menerjemahkan makna sebagai budak Teknik: gondrong, tapi beriman, berilmu, berkualitas, dan militan.
Ketika tadi saya sebagai Pembimbing Utama dan Ketua Sidang menyampaikan pesan, maka hanya ada dua pesan. Kata-kata ini pula yang dulu pernah saya sampaikan kepada para mahasiswa Teknik di akhir masa saya sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, pertengahan tahun 2015:
“Jangan pernah lalai beribadah. Minimal sholat 5 waktu untuk yang Islam, ibadah ke gereja untuk kalian yang Kristen, serta penganut agama lainnya. Dan juga, jaga nama baik Fakultas Teknik UNTAN.”
Selamat Desisius Gumilar, the last gondrongers angkatan 2014. Terima kasih karena telah membuat kami bangga dengan prestasi-prestasi selama ini. *