teraju.id, Pontianak – Prediksi aparat bahwa kelompok massa dapat diarahkan tanpa benturan terbukti benar menyikapi aksi Gerakan Bela Ulama (GBU) maupun Pawai Gawai Dayak ke-32, Sabtu, 2/5/17. Puluhan ribu massa di dua pihak dengan rute berbeda tersebut tidak terdapat benturan sehingga marabahaya anarkis berhasil dihindari.
Satu satunya ketegangan terjadi di bilangan Jalan Gajahmada. Saat itu ada jemaah yang hendak bergabung ke Mujahidin dari masjid Jl Ketapang, namun diduga sebagai pihak ketiga yang memancing keributan.
“Saya dengar kawan kawan di rumah Radakng marah. Kenapa ada massa aksi GBU yang masuk ke Gajahmada padahal mereka semestinya ke Mapolda, ” ungkap sumber teraju.id di depan rumah Radakng.
Saat itu teraju.id melihat sejumlah aparat menggiring balik puluhan pemuda yang sudah emosional.” Kembali ke Radakng semua! Tidak ada apa apa di Gajahmada, ” demikian teriak aparat berbaju hijau dengan memegang pesawat HT (handy talky).
Kelompok pemuda kendati emosi tetap patuh pada komando aparat. Mereka juga ingat pesan Gubernur Cornelis saat membuka Gawai bahwa” Gawai Adat Dayak ke-32 ini dijamin aman”.
Di kalangan pemimpin GBU pun menyikapi serius adanya kelompok jemaah yang terperangkap di Gajahmada. “Amankan mereka. Jangan terpancing provokasi. Mereka harus satu komando ke Mapolda.”
Untungnya aparat TNI sigap memblokde massa. Jemaah dalam jumlah sedikit ini berhasil diselamatkan untuk mendapatkan jalan bergabung ke tim besar dari Mujahidin ke Mapolda. Sejak saat itu orasi di Radakng pun mereda. Tak lama kemudian massa pawai keliling kota pun berdatangan masuk kembali ke rumah Radakng.
Lepas dari kesalahan pahaman massa di Gajahmada, semua wilayah aman. Termasuk kawasan Radakng yang di bagian depan bercokol Gereja HKBP, sebelah kanan Rumah Melayu dan Kanwil Kemenag.
Pada pukul 17.30 sudah terbuka semua akses jalan. Baik Dr Soetomo maupun Jl Sutan Syahrir. Keduanya merupakan akses jalan ke Radakng.
Adapun massa GBU 205 bersama-sama berangkat menuju Mapolda untuk menuntut keadilan atas pernyataan provokatif Gubernur Kalbar saat acara naik dango di Landak dan berbuntut aksi GBU 205. .
Suara takbir dari megaphone pun menggiring para jamaah berangkat mulai dari menggunakan kendaraan hingga jalan kaki menuju Mapolda. Sesampai di bundaran Untan akses lalu lintas dari arah imam bonjol sempat ditutup ketika massa mulai bergerak.
Salah satu orator menyampaikan bahwa GBU marah bukan karena yang mengucapkannya dayak, marah bukan karena yang mengucapkannya Nasrani, marah bukan karena yang mengucapkannya kepala daerah. “Kami marah karena yang dinistakan adalah Ulama.”
Kemudian ia menambahkan bahwa ia berterima kasih atas kerja sama aparat keamanan dalam mengawal aksi GBU ini.
Setelah itu para demonstran pun berbondong-bondong melaksanakan shalat Ashar di Lapangan Mapolda. Dengan Air mineral mereka membersihkan diri dengan wudhu untuk melaksanakan shalat wajib Ashar berjamaah.
Seusai shalat, jemaah kembali dengan tertib. Tidak ada tindakan anarkistik. Pontianak aman dan kondusif dengan meninggalkan catatan hukum untuk diselesaikan dengan fair atau kembali ke budaya Melayu Dayak yang bersaudara yakni saling maaf memaafkan. (difa/nuris)