Kuda Lumping di Kubu

2 Min Read

Oleh: Ambaryani —-

Kuda lumping. Belasan tahun sudah saya tidak pernah menyaksikan kesenian ini. Sejak saya tidak lagi tingal di kampung, Satai Sambas.

Sesekali saya pernah dengar alunan musik kuda lumping di Pontianak. Tapi, untuk benar-benar menyaksikan jarak dekat, belum pernah.

Hari ini, langkah kanan kata orang Melayu. Di halaman keraton Kubu ada pertunjukkan kuda lumping dari kelompok kesenian Rukun Mudo, Desa Pinang Luar. Kesenian ini tampil dalam rangka Lokakarya dan Festival Budaya Desa program Generasi Sehat dan Cerdas (GSC) Selasa 5 Desember 2017.
Rasanya luar biasa. Senang, sekaligus lepas rasa rindu saya pada kesenian ini. Serasa nonton kesenian tradisional di kampung sendiri.

Menjelang siang, gendang, gamelan, gong mulai ditabuh. Suara sinden mengalun merdu. 4 anak muda usia SMP, yang sudah berpakaian batik merah, selendang kuning melingkar di pinggang, kepala berikat syal motif batik hitam, celana hitam seperempat (tanggung), kaki dipasangi kerincing, kuda lumping plus pecut dicangking.

Mereka berbaris membentuk 1 formasi. Melenggak-lenggok menari mengikuti alunan tabuhan gamelan. Warga setempat yang hadir langsung berkumpul mengerumuni.

“Ceplas, ceples”, suara pecut mereka lecutkan ke permukaan semen.

Lebih 15 menit mereka menari serasi. Sang pawang menunggu di tepi gelangang pertunjukan sambil memegang pecut khusus. Berkaos belang merah putih, baju luar, celana, blangkon yang juga berwarna hitam.

Di ujung pertunjukan, tiba-tiba 1 pemain berguling. Hampir menabrak penonton. Saya ikut mundur. Dia kesurupan. Sang pawang turun. Digiringnya pemain itu ke tengah lapangan. Pecut yang dipegangnya, ditempelkan ke hidung pemain yang kesurupan. Pemainnya manut.

Tak lama kemudian ada 1 lagi pemain yang kelojotan di atas panggung.

Kembalikesurupan, dan kemudian turun menggunakan topeng. Topeng kucingan, kata orang sini. Istilah di kampung saya, barongan. Penonton menatap . Ada yang berbisik-bisik.

“Tak saket ke die tu teguling-guling?”
Perhatian warga terhadap kesenian ini besar. Mereka antusias.Kesenian tradisional yang masih terus dilestarikan, dan sudah mendapat pengakuan di tingkat provinsi. Mengantongi sertifikat kebudayaan.
Ada upaya untuk terus melakukan pembinaan, dari tingkat anak-anak hingga remaja.

“Biar ada generasi penerusnya”, kata Sartono penggerak kesenian ini. (*)


Kontak

Jl. Purnama Agung 7 Komp. Pondok Agung Permata Y.37-38 Pontianak
E-mail: [email protected]
WA/TELP:
- Redaksi | 0812 5710 225
- Kerjasama dan Iklan | 0858 2002 9918
Share This Article
Ambaryani, Pegawai Pemerintahan Kabupaten Kubu Raya. Lulusan Program Studi Komunikasi STAIN Pontianak. Buku berjudul; 1. Pesona Kubu Raya 2. Kubu 360 adalah buku yang ditulisnya selama menjadi ASN Kabupaten Kubu Raya