teraju.id, Jakarta – Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri RI, Azis Nurwahyudi dan Manager Program Facebook Indonesia, Amri Pitoyo Priyadi mengakui menjadi siswa pertukaran ke mancanegara menjadi titik balik suksesnya sebagai diplomat.
Azis berasal dari kota kecil Magelang. Ia lulus seleksi AFS dari Binabud Chapter Semarang. Kini menjadi orang penting dari pengambilan kebijakan luar negeri Indonesia. Ia berhasil membawa peran dialog agama ke level PBB terkait menguatnya tren intoleransi. Ia bahkan “menculik” Sekjen PBB Ban Kie Moon. “Program AFS mengajarkan self confidence,” tegasnya.
Hal senada diakui Amri. Alumni AFS yang menikmati program pertukaran pelajar ke Swiss/Prancis selama 11 bulan ini merasakan inferior pada mulanya. Namun lambat laun dia rasakan biasa, bahkan bisa memimpin sesama remaja di Eropa. Leadership atau kepemimpinannya tumbuh tak kalah inovatif ketimbang pelajar negeri maju.
Makna global citizen bagi Amri dan Azis tidak sekedar lokasi negara, tak sekedar melawan isu isu global, tetapi, “More than that, its about our mindset.”
AFS (American Field Service, baca Intercultural Learning: Binabud) menjadi ladang praktek multikultural. “Boosting confidence. Kita tertantang menyumbang kemajuan bagi diri, bangsa, negara, agama, universal value. Pola berpikir kita out of the box,” ungkap kedua narasumber papan atas soal peran penting program AFS sehingga menjadi Diplomat yang sukses. Dialog bersama Diplomat Azis dan Amri dipandu Direktur Go Global Indonesia, Binabud Pusat, Fonita Imran yang akrab disapa Kak Ipung. (kan)