teraju.id, Kubu– Rabu, 15 Nopember 2017. Matahari baru muncul. Masyarakat Kubu sudah mengelar tikar panjang dan berkumpul dengan rantang bawaan masing-masing.
Mereka berkumpul, dan menyatukan apapun olahan makanan yang mereka siapkan dalam rantang terpisah. Setelah terkumpul kemudian disusun rapi. Ada ketupat, pulut, nasi kuning, sayur fajri nanas, boulu, apam, lepat dan banyak kue-kue yang lain.
Bagi yang membawa rantangan nasi lengkap bersama nasi dan lauk pauknya, tidak membawa kue. Begitu juga sebaliknya.
Sajian siap dihidangkan. Do’a-do’a dipanjatkan. Doa selamat dan doa arwah dipimpin oleh tetua ataupun pengurus masjid, setempat.
Masjid lingkungan kraton, rumah-rumah orang-orang Bugis dan Melayu, ramai di hari robo’-robo’. Mereka berbaur, larut dalam rasa syukur seraya berharap keselamatan selalu disertakan.
Robo’-robo’ adalah gawai tahunan mereka.
Setelah prosesi makan dan doa bersama, dilanjutkan dengan pesta rakyat. Ada berbagai pertunjukkan. Seni budaya, hiburan, band, kuda lumping, lomba robin, futsal, volly.
Tepian sungai Kubu, di halaman kraton menjadi pusat kegiatan. Kanan kiri jalan berubah bak pasar. Banyak ladang rezki bagi penduduk setempat, juga penduduk luar yang mencoba peruntungan berjualan di momen robo’-robo’.
Ada penjual buah jeruk, bakso, sate, gado-gado, martabak manis dan asin, sosis solo, aneka gorengan, aneka minuman, pakaian anak dan dewasa, pakaian baru hingga bekas, sandal, sepatu, aksesoris, mainan.
Kegiatan ini menjadi daya tarik tersendiri. Dan akan selalu menjadi sesuatu yang menarik jika terus dilestarikan. Nilai budaya yang mengakar, kemudian dijelmakan menjadi kegiatan yang inovatif, tentu menjadi sesuatu yang potensial. Semoga. (Ambaryani/Staf Kecamatan Kubu)