Oleh: Nur Iskandar
Kabar sakitnya Bang Yosep beredar di dunia maya. Beliau sempat berobat sampai ke Kuching, Malaysia, namun tidak ada kemajuan. Pagi ini, Sabtu, 17/10/2020 sekira pukul 10.00 tokoh budaya yang akrab kepada hampir seluruh kalangan, meninggalkan kita. Bang Yosep–demikian saya akrab menyapanya–menghembuskan napas terakhirnya
Saya ke Padang-Sumatera Barat bersama Bang Yosep dalam kapasitas sebagai anggota Dewan Juri Penyeleksi Tokoh Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar (2017). Bang Yosep adalah tokoh budaya Kalbar masa itu.
Akrab kami sepanjang perjalanan, sejak persiapan, wira-wiri ke sana-kemari. Makan bersama. Gelak tawa. Tentu saja diskusi budaya, wabil khusus kepakarannya: Teater.
Saya menulis tentang Bang Yosep dan diterbitkan sebagai bagian dari Buku Tokoh Pendidikan dan Kebudayaan Kalbar. Saya sajikan sbb: [Suaranya tinggi dan menggetarkan. Ini keutamaan Joseph Odilo Oendoen ketika tampil di atas pentas. Ia jawara di bidang deklamasi, puisi, dan teater serta konsisten menggeluti dunia seni-budayaSarjana seni yang satu ini lahir di Pontianak pada 25 Maret 1958. Pendidikan terakhir S-1 Teater Jurusan k ISI Yogyakarta. Ia pensiun dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan institusi Taman Budaya Provinsi Kalimantan Barat. Jabatan terakhir yang diembannya adalah Kepala Seksi Penyajian.
Pria yang beralamat di kawasan Jl. Parit Haji Husin 2 Komplek Alex Griya 3 Blok D No. 22 Pontianak, Kalimantan Barat ini merupakan alumni dari Sekolah Dasar Bruder Kampung Bali Pontianak, 1965 s/d 1971, Sekolah Menengah Pertama Bruder Pontianak, 1971 s/d 1974, Sekolah Menengah Atas Santo Paulus Pontianak, 1974 s/d 1977, dan Akademi Seni Drama dan Film di Yogyakarta, 1979 s/d 1982. Tak puas di jurusan film, Joseph juga menekuni teater di Fakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Yogyakarta, 2000 s/d 2004.
Pendidikan Non Jenjang yang diikuti Joseph antara lain kursus Pelatihan Manajemen Seni Pertunjukan di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1987, kursus Pelatihan Manajemen Seni Pertunjukan di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1989, dan kursus Pelatihan Seni Teater di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1992.
Karir Joseph dimulai dari PNS Taman Budaya Provinsi Kalimantan Barat tahun 1984-2016. Ia merupakan pengajar seni teater di Sekolah Menengah Atas Santo Paulus Pontianak tahun 1986 s/d 1991, mengajar seni teater di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Pontianak tahun 1986 s/d 1996 dan mengajar Seni Teater di Sekolah Menengah Atas Gembala Baik Pontianak tahun 1996 s/d 1999, serta mengajar Seni Teater di Sekolah Tinggi Pastoral Pontianak (STP) tahun 2006 s/d 2007.
Pengalaman organisasi dirasakan Joseph di Pemuda Khatolik, PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Khatolik Republik Indonesia), Ketua II Dewan Kesenian Kalimantan Barat tahun 2008 – 2013, Deputi Administratur Sekretariat Bersama Kesenian Dayak (Sekberkesda) Kalimantan Barat di Pontianak tahun 2008 s/d 2013, Dewan Adat Dayak Kalimantan Barat tahun 2010 s/d 2015, dan Ketua Sekretariat Bersama Kesenian Dayak (Sekberkesda) Kalimantan Barat di Pontianak tahun 2013 s/d sekarang.
Pengalaman Pembicara atau Pemateri Seni dan Budaya antara lain pembicara Kebudayaan Dayak pada Seminar Tingkat Nasional yang diadakan Universitas Gajah Mada Yogyakarta tahun 2007 dan pembicara Perkembangan Seni Teater di Kalimantan Barat pada beberapa forum mahasiswa dan sanggar seni di Pontianak.
Perjalanan berksenian Joseph tercatat jejaknya karena terlibat Produksi Film Nasional, Sinetron TVRI Daerah, dan Naskah Drama dari tahun 1979 s/d 1994. Sebut misalnya film Janur Kuning, Sakura Dalam Pelukan, Puspa Indah Taman Hati, Serangan Fajar, Dara Hitam, Putri Tembawang Selimpat, Ke Arah Langit dan Liang Menjadi.
Pengalaman Sutradara Drama dan Monologue dalam 10 tahun terakhir adalah: Pop Operet “Sang Raja” di Gelar di Sicieted Militer Yogyakarta, 2004. Kebebasan Abadi tahun 1979 s/d 2008. Oleh-oleh Dari Kota naskah karya Beben MC tahun 2009. Baraing Sang Ayah naskah karya Beben MC tahun 2009. Pasungan Malam Purnama naskah karya Beben MC tahun 2010. Liang Menjadi naskah karya Beben MC tahun 2013. Aku Baliatn naskah karya Beben MC tahun 2015. Nagari Edo Sendratasik tahun 2016. Nciak Mun Sangun naskah karya Beben MC tahun 2016. Aku Baliatn (monologue) naskah karya Beben MC tahun 2016.
Penghargaan yang diperoleh Joseph beberapa kali juara baca puisi tingkat nasional tahun 1979 s/d 2015 dan sutradara terbaik Festival Teater Dramakala, Jakarta tahun 2016.
Misi kesenian yang dilakukan Joseph antara lain beberapa kali mewakili daerah dan eksebisi perseorangan bersama Tim Kesenian Kalbar dan Dapur Teater Pontianak dalam beberapa kegiatan seni tingkat daerah dan nasional. Penggagas Pekan Gawai Dayak di Pontianak tahun 1986. Penggagas Pekan Gawai Dayak Mahasiswa Kalimantan di Yogyakarta tahun 2002.]
Saya mengenal Bang Yosep orang baik – suka mendidik sejak 1986. Saya saat itu baru tamat SD dari kampung, Sungai Raya Dalam. Di kelas 1 SMP baru tiga bulan belajar saya diikutsertakan Lomba Baca Puisi dari sekolah, tanpa bekal ilmu deklamasi. Di saat technical meeting saya tetiba dipanggil pria berperawakan besar tinggi tersebut. Saya dimintanya naik ke atas pentas dan membacakan puisi wajib maupun puisi pilihan saya. Ketika itu lomba menjelang Hut RI. Saya tentu saja malu dan tak mau, namun dipaksa Bang Yosep. Nah di situ saya dapat “sentuhan” ilmu seni-sastra dengan petuah-petuahnya. Baik soal vokal, penghayatan, dan seterusnya. Sebuah pengalaman yang sangat berkesan. Kesan mendalamnya ternyata saya masuk final. Selain masuk final juga beroleh trofi kemenangan. Walaupun statusnya juara harapan 1. Kesan mendalam itu terukir tak terlupakan hingga saat ini.
Begitulah jika ada tamu yang berkaitan dengan budaya saya tak sungkan membawa mereka berjumpa Bang Yosep. Salah satunya organisasi yang saya pimpin di Kalbar–cabang dari Jakarta dan AFS Internasional–Bina Antarbudaya. Saya bawa tamu Pusat berdialog sama Bang Yosep. Agar mereka kenal bagaimana itu budaya Dayak, Melayu, China dll di Kalbar pada khususnya dan Kalimantan pada umumnya. Sekali menyelam minum air, saya juga belajar dari untaian kata-katanya. Termasuk soal konflik laten yang biasa terjadi di Kalbar. Saya ikut memahami jiwanya, kemurnian hati warga asli Kalimantan–Dayak. Uniknya, bersama Bang Yosep yang bersaudara kandung dengan politisi Gerindra Catharina Oendoen, saya semakin paham pertalian saudara bersama Melayu, China, Bugis, dan bilangan multi-etnis. Bersama Bang Yosep masalah-masalah berat seringan tarikan napas. Napas berat sigaret, dan sedikit tuak. Seraya hati diliputi duka sedalam-dalamnya, amal baik Bang Yosep tiada terbayar. Rest In Peace (RIP) Bang Yosep. Ilmu dan nasihatnya senantiasa kami tumbuh-kembangkan. Semoga dinilai berlipat-ganda oleh Tuhan Yang Maha Rahman. * (Foto Bersama Bang Yosep dengan tamu Bina Antarbudaya Pusat, Betang, Jl Letjen Sutoyo, 2013)