Oleh: Dr Leo Sutrisno
“Ma, Ati boleh pecahkan ini? Boleh ya, Ma? Boleh, ya?” Kata Baikhati sambil mengelendot manja pada mamanya yang sedang memanggang roti untuk sarapan.
“Mama orang baik. Pasti boleh?” Lanjutnya.
“Untuk apa, Sayang?” Tanya mamanya tanpa menoleh karena sambil membalik roti yang hampir gosong.
“Pentiiinnng, Ma, tapi rahasia” Jawabnya sambil berlari ke gudang mengambil palu milik ayahnya.
Dengan dibantu mamanya, Baikhati mengelompokkan lembaran-lembaran uang kertas menurut nilainya.
“Ada berapa, Nak?”
“Satu…, dua …., tiga…, empat…, lima. tujuh ratus tiga puluh satu, Ma”
“Oh, banyak ya?!” Sambung mamanya.
“lumayan, Ma. Tiga bulan dapat segini. Hasil sebagian uang bekal yang Ati sisihkan tiap hari, Ma!”
“Untuk beli apa, Sayang?” Tanya Mama.
“Adalah. Tapi, nanti Ma. Sekarang masih rahasia” Jawabnya.
“Baik. Tetapi jangan Kau habiskan, ya! Beli buku saja” Sambung mamanya.
“Ya, Ma. Nanti biar Pak Udin mengantar Ati ke Gramedia, boleh Ma?”
“Mama ikut. Mama juga akan memcari buku”
“Tetapi, jangan hari ini Ma. Please…” Rengeknya.
“Baik, Nak. Pak Udin, tolong nanti antar Ati ke Gramedia, ya!” Kata mamanya kepada Udin si sopir.
“Siap, Bu.” Jawab Udin sambil membungkuk sopan.
“ Jam berapa, Ati?” Tanya Udin kepada Ati.
“Sekitar pukul sepuluh, Pak Udin. Ati mau siap-siap dulu”
Setelah Baikhati menghilang dari dapur. Mamanya mem-‘briefing’ Udin tentang apa yang harus dilakukannya nanti.
Di tengah perjalanan menuju Gramedia, Baikhati meminta Udin membelokkan mobilnya menuju warung gudeg Mbak Sri. Dari sana bersama Udin terus masuk ke ke ‘Tomira’- Toko (swalayan) milik masyarakat, Kulonprogo.
Di Tomira, Baikhati membeli: beras, minyak, mie instant, gula pasir, garam, bermacam bumbu jadi, telus ayam, susu kaleng, sandal jepit, sabun mandi, sikat gigi, serta sejumlah kue kering. Tidak lupa, sebungkus permen.
Bersama Udin Baikhati mengunjungi Siti, kawan sekelasnya yang sudah beberapa bulan tidak bersekolah.
Beberapa kali mereka diam-diam mengikuti apa yang dilakukan Siti yang sedang ngojeg tas kresek di pasar. Tetapi, dua hari terakhir ini Siti tidak terlihat di sana.
Ternyata, Siti dan adiknya sedang sakit. Atas prakarsa Baikhati, mereka dibawa ke rumah sakit. Syukurlah, hasil rapid testnya non-reactive, hanya demam biasa dan tidak perlu menginap.
Atas persetujuan mamanya, Baikhati membawa kedua kakak beradik ini menginap di rumah hingga benar-benar sembuh.
Menurut Siti, ayahnya meninggal ketika Siti kelas tiga SD. Sekitar tiga bulan yang lalu ibunya pergi hingga kini belum pulang.
Karena itu, Siti berhenti sekolah. Untuk bertahan hidup, Siti bersama adiknya ngojeg tas tresek dan payung tiap pagi di pasar.
Pakem Tegal, 17-10-2020
Leo Sutrisno
Cerita ini ditulis dengan iringan “Country Gospel Songs/Search My Heart By Lifebreakthrough Music”