in ,

Tomi, Penulis Luar Biasa dari Sanggau

IMG 20190812 093836 221

Oleh: Yusriadi

Hari itu, di akhir Juli 2019, saya dan kawan-kawan dari LP2M IAIN Pontianak ke Sanggau. Kami ke kota itu untuk survei lokasi kegiatan Kampung Riset 2019.

Karena ada waktu kosong, kami berinisiatif menemui Pak Tomi, seorang yang dirujuk sebagai penulis dan peneliti Sanggau.

Kami mendapatkan nama itu dalam perjalanan ke Sanggau bulan sebelumnya. Waktu itu kami mencari data tentang Sanggau. Satu dua buku tulisan beliau tentang Sanggau dipajang di Kantor Perpustakaan Daerah Sanggau. Kami disarankan bertemu beliau. Alamat dan omor kontak sudah diberikan.

Namun, kala itu kami tak sempat menghubungi beliau karena waktu terbatas. Kami putuskan untuk bertemu beliau di waktu selanjutnya.

Dan, niat itu terlaksana saat kami ke Sanggau untuk survei Kampung Riset. Malam itu kami memiliki waktu senggang setelah mengunjungi beberapa tempat di waktu siang hingga sore.
Saya membuka hape dan mencari nomor kontak Pak Tomi yang sudah saya dapatkan dan simpan sebelumnya. Saya buka whatsapp. Saya pikir mengirim pesan lewat WA lebih baik.
Tetapi, saya lihat catatan pada nomor WA beliau menunjukkan bukaan terakhir bulan lalu.

“Wah, nampaknya sudah lama beliau tak buka hape. Mungkin beliau tak ada di Sanggau,” pikir saya.

Tapi saya coba juga mengirim pesan WA, dan hasilnya, pesan itu hanya tercentang satu. Tanda tidak terkirim atau belum sampai di nomor beliau. Sekali lagi pesan yang kurang lebih sama saya kirim melalui layanan pesan singkat atau SMS.

Setelah menunggu beberapa saat ternyata pesan SMS itu berbalas. Pak Tomi bersedia diajak bertemu. Beliau memberi alamat rumahnya. Setelah Isya, kami pun menuju rumah beliau.
Kami disambut dengan ramah dan terbuka. Setelah itu saya sampai maksud kedatangan kami ingin silaturrahmi dan sekaligus ingin tahu apa yang sudah ditulis orang tentang Sanggau.

“Nama bapak disebut-sebut sumber kami, sebagai penulis sejarah Sanggau”.
“Ah, saya hanya menulis sedikit-sedikit. Tidak seberapa. Entah bisa ndak dipakai,” katanya merendah.
Beliau masuk ke dalam dan kemudian keluar dengan setumpuk buku yang terbungkus plastik dan beberapa lembaran kertas yang dilaminating. Buku dan dokumen itu diletakkan di depan kami.

“Coba lihat di sini, mana yang sesuai,” katanya.
Kami melihat satu persatu buku itu dengan takjub. Luar biasa! Banyak sekali bahannya.
Ya, kesediaan beliau menunjukkan bahan kepada kami memperlihatkan sifat terbuka beliau berikutnya. Kesannya apa yang beliau punya dikeluarkan semua. Ketakjuban kami bertambah. Ternyata buku yang dikeluarkan itu buku tulisan sendiri. Sebagian besar tentang Sanggau, khususnya sejarah, budaya, sastra lisan Sanggau.

Lulusan S1 Pendidikan dan S2 Managemen, kelahiran Pontianak ini mengaku sudah menulis 70-an buku.
Saya mengingatnya, mencatat dan menggarisbawahi. Ini bukan biasa. 72 buku! Sungguh tak pernah saya bayangkan bertemu seorang yang tak saya kenal tetapi dia sudah punya karya sebanyak itu. Seorang yang tinggal di daerah, pegawai negeri, lepas begitu saja dari hiruk pikuk literasi Kalbar.

Pak Tomi menulis di sela kesibukannya di kantor. Pak Tomi bekerja di kantor bupati Sanggau. Sebelumnya pernah di Dinas Pariwisata.

Karya beliau diuruskan dan diterbitkan adiknya di Pontianak. Dicetak sesuai dengan kebutuhan. Satu strategi pemasaran yang biasa bagi penerbit dan percetakan sekarang ini. Karena itu buku beliau tidak terdisplay di toko buku, tidak juga terlihat di stan pameran. Bahkan, baik nama Pak Tomi maupun penerbit milik adiknya itu, sebelum ini tidak saya kenal. Jika tidak ke Sanggau dalam kunjungan sebelumnya, tak dapatlah saya nama dan nomor kontak beliau. Jika tak mampir ke rumah beliau dalam kunjungan malam itu, taklah saya berjumpa keajaiban itu. Taklah saya temukan sesuatu yang luar biasa.

Semoga keistimewaan itu bisa segera difasilitasi. Mungkin pengambil kebijakan bisa membantu penerbitan beliau agar karya monumental tentang Sanggau bisa dilestarikan dan disebarkan. Paling tidak buku itu ada di perpustakaan.

Tentu, semoga juga ada langkah-langkah memberikan penghargaan atas apa yang sudah dilakukan itu. (*).

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

ted vs

TEDx Digulis Park: The New Game

Ustadz Luqmanul Hakim kodam tanjungpura

Ustadz Luqmanul Hakim Ingatkan Pentingnya Upgrade Ketakwaan