Teraju.Id, Pontianak – Aksi demo mahasiswa Fakultas Teknik telah menarik perhatian publik. Tak terkecuali alumni yang telah malang-melintang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat.
Mereka mengikuti berita skorsing terhadap Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) karena bertanggung jawab atas pelanggaran Penerimaan Mahasiswa Baru di mana telah terjadi “kekerasan fisik maupun psikis”. Mereka juga mengikuti perkembangan tuntutan mundur kepada Dekan Dr Rustamadji. Mereka juga mengikuti perkembangan mengenai kampus yang mati suri akibat kelas-kelas disegel sehingga tak ada proses belajar-mengajar terkecuali di kelas informatika, Kamis, 30/9/16.
“Adat dan tabiat ‘anak-anak’ Teknik dari dulu sudah begitu. Sebagai alumni kita maklum sekali,” tukas Lando. Namun Lando buru-buru menimpali bahwa aktor penggerak aksi semacam ini hanya segelintir orang. “Kalau kampus bisa meneliti siapa segelintir orang itu, pasti akar masalahnya bisa dicabut dan pembelajaran bisa dimulai kembali. Kasihan adik-adik lainnya dalam jumlah besar masih mau belajar,” timpal Lando.
Hal senada dikemukakan Uut. “Saya alumni FT Untan dan perempuan. Halus perasaan saya melihat kejadian seperti ini. Saya saran agar pertama-tama perkuliahan dimulai kembali. Masalah satu per satu semestinya bisa diuraikan perlahan-lahan dengan semangat akademis yang nalarnya sehat bukan sarat emosi. Apalagi kita di FT berkubang dengan eksakta. Kali-kalinya jelas,” ungkap ibu berparas cantik dengan rambut terurai sebahu ini.
Alumni dari Universitas Tanjungpura lainnya tak kalah seru. Mereka ikut bersimpati atas peristiwa di FT Untan. “Saya sebagai alumni tetangga Fakultas Teknik berharap masalah FT bisa cepat selesai,” ujar Safitri Rayuni lewat media sosial ke Teraju.Id. Bahkan PNS di lingkungan Dinas Pertanian Ketapang ini berharap ada kebijakan yang revolusioner. Dan hal itu bisa datangnya dari Rektor Untan yang memberikan pemaafan alias amnesti. Terutama kepada Ketua BEM yang sarat prestasi, namun diskors dua semester lantaran bertanggungjawab atas kejadian oknum senior di dalam PMB. “Saya saran Pak Rektor memberikan amnesti. Sehingga salah satu masalah yang memantik amarah massa mahasiswa dengan tudingan Dekan otoriter bisa direduksi. Kami yakin Dekan Dr Rustamadji orangnya baik dan dekat dengan mahasiswa. Bukankah Dekan menjalankan amanah Mendikti soal PMB yang seragam di seluruh Indonesia?” timpal alumni lainnya retoris.
Selanjutnya, perkembangan demo pasca konferensi pers juga bagus. Aksi massa mahasiswa tidak lagi di dalam ruang lobby Gedung Rektorat. Mereka sudah di luar ruangan sehingga tidak lagi mengganggu konsentrasi pekerja rektorat lantaran mereka bermusik, berorasi bahkan masak-masak. Mereka juga menghargai asas demokrasi di mana kebebasan diri dibatasi kebebasan orang lain.
Perkembangan lainnya, bahwa aparat keamanan sudah ditarik dari Untan. Ini pertanda, demo FT Untan sudah sejuk dan terkelola secara akademis yang nalarnya sehat. (Guntur/Gheby/Nuris)