Ban Cangkul

2 Min Read

Oleh: Ambaryani

Tak pernah terbersit dalam pikiran saya ban motor akan beralih pada ban cangkul. Iya, karena di kota, jalan mulus beraspal. Ban cangkul, bukan pilihan.
Lain halnya sekarang, tidak hanya saya saja yang kemudian beralih ke ban bergerigi besar ini. Teman-teman lain yang penempatan di kampung dan medan yang berat, becek, mengganti ban motor belakang dengan ban cangkul.

Terlebih beberapa kawan yang juga pakai ban cangkul sudah punya pengalaman jatuh dari motor pas jalan licin. Kata teman saya yang di Sungai Asam, saket…jalan e kalau dah ujan, sambil dia menunjukkan bekam biru bekas jatuh di perjalanan menuju tempat dinas.

Memang benar, kalau ban kota, ban biasa dipakai di medan tanah licin, susah. Semakin di gas, ban semakin meleset-leset. Bukan malah maju. Motor jadi melintang.

“Tak kuase aku ban melancar kalo dah becek, ganti aku ban cangkol. Nyaman”, kata Kak Rina yang rutin turun dan pulang Kubu sama-sama.

Kalau musim hujan, perjalanan menjadi lebih ringan sekarang. Dulu, sebelum ganti ban, jika jadwal pulang Pontianak pas kondisi hujan rasanya maju mundur.
Sekarang jangan ditanya. Awan sudah bergantung tebal dan gelap, tak peduli.

Bismillah, tancap gas pulang ke Pontianak. Semakin cepat pulang semakin banyak waktu berkumpul dengan keluarga. Waktu berkumpul dengan keluarga menjadi barang mahal sekarang. (*)


Kontak

Jl. Purnama Agung 7 Komp. Pondok Agung Permata Y.37-38 Pontianak
E-mail: [email protected]
WA/TELP:
- Redaksi | 0812 5710 225
- Kerjasama dan Iklan | 0858 2002 9918
Share This Article
Ambaryani, Pegawai Pemerintahan Kabupaten Kubu Raya. Lulusan Program Studi Komunikasi STAIN Pontianak. Buku berjudul; 1. Pesona Kubu Raya 2. Kubu 360 adalah buku yang ditulisnya selama menjadi ASN Kabupaten Kubu Raya