Oleh: Liya
Umur 18 tahun, saya sudah akan meninggalkan bangku SMA. Di saat itu saya sangat galau antara melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi atau tidak karena memang di dalam hati saya sendiri tidak ada niat sama sekali untuk melanjutkan pendidikan lagi. Banyak hal dan sebagainya yang menjadi pikiran saya mengapa untuk tidak melanjutkan pendidikan. Yaah, karena saya pikir saya orang tidak pernah jauh dari orang tua, jadi bagaimana saya menjalani hidup di tanah perantauan? Lagi pula kalau saya kuliah apa yang harus saya lakukan? saya tidak mengerti sama sekali karena saya sendiri berasal dari kampung dan tidak tahu kehidupan di kota.
Selain itu yang menjadi beban pikiran saya untuk tidak kuliah, karena orang tua terlalu banyak tanggungan. Abang kandung saya juga masih kuliah, di salah satu Politeknik yang ada di kota Pontianak. Saya juga mempunyai adik-adik yang masih sekolah, tentu saja ini menjadi beban yang sangat berat untuk kedua orang tua saya. Maka dari itu saya memutuskan untuk tidak lanjut kuliah agar sedikit mengurangi beban kedua orang tua. Namun, di sisi lain Ibu saya ternyata berharap besar agar saya bisa melanjutkan pendidikan sampai perguruan tinggi. Beliau sampai bilang begini kepada saya “Nak, kalau kamu tidak kuliah, kamu mau ngapain di kampung? kalau kamu tidak kuliah, terus dilamar kamu mau nikah muda? maklum nak, kita ini tinggal di kampung, jadi kalau ada anak gadis sepertimu tidak sekolah, yah nikah. Kamu mau?”
Dari semua pertanyaan ibu kepadaku, membuat aku berfikir, kalau aku tidak mau nikah muda. Kalau tidak kuliah, yaah aku kerja, tapi aku juga sama sekali tidak punya pengalaman bekerja apa pun atau dimana pun sehingga pikiran itu membuatku takut. Ibu selalu memberi semangat dan dorongan kepadaku untuk tetap kuliah, beliau sampai berkata, kalau Ibu sama Bapak masih mampu untuk membiaya pendidikanku sama saudara-saudaraku yang lain. Ibu dan Bapak akan mengusahakan caranya agar anak-anaknya bisa sekolah sampai perguruan tinggi.
Pada suatu malam, saat itu aku dan keluarga masing-masing masuk kamar untuk beristirahat dan tidur.
Kurebahkan badanku di atas Kasur sembari memandang dan menatap satu titik di langit-langit kamar. Pertanyaan dan pernyataan Ibu yang disampaikannya kepadaku terlintas dibenakku, membuat tidurku sedikit terganggu dan menjadi dilema.
Dari apa yang dikatakan Ibu kepadaku sehingga itu semua terbawa mimpi. Di dalam mimpiku Ibu sangat sangat marah kepadaku dan akan menikahkanku jika aku tidak mau kuliah. Dari mimpi itulah aku putuskan untuk melanjutkan pendidikanku.
Tiba lah saatnya aku mendaftarkan diri untuk kuliah. Namun pada saat itu aku mendaftarkan diri di beberapa kampus yang ada di kota Pontianak, di antaranya Universitas Tanjungpura Pontianak dan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Pontianak. Namun waktu pengumuman kelulusan di Universitas Tanjungpura sayangnya namaku tidak lulus dalam tes tersebut. Saat itu aku merasa sedih karena memang universita Tanjungpura adalah tujuanku untuk melanjutkan pendidikanku di sana.
Suatu hari tibalah saatnya saya mengetahui apakah hasil tes yang di IAIN lulus atau tidak, dan ternyata namaku, tercantum di Mading kampus bahwa saya diterima di Fakultas Syaria,h Jurusan hukum Ekonomi Syariah, sesuai dengan apa yang saya minati sewaktu mengisi formulir pendaftaran. Di sini saya berpikir, saya memang tidak diterima di Untan melainkan di IAIN. Mungkin disini lah Allah menempatkan saya, agar saya pribadi lebih menjadi orang yang lebih baik lagi, dan di tempat inilah saya belajar agama dan lain sebagainya yang saya tidak ketahui, dan saya berfikir setelah ini saya akan mendapatkan kejutan-kejutan yang tidak pernah dilupakan di kampus IAIN ini.
Seiring berjalannya waktu saya lewati dengan banyaknya ekpresi selama perkuliahan ada tawa, canda, sedih, kecewa, hingga putus asa pun sempat saya rasakan selama di bangku kuliah. Namun semua itu saya tepiskan jauh-jauh, karna saya di sini berjuang demi harapan kedua orang tua, yang awalnya saya tidak memiliki mimpi hingga akhirnya saya memiliki mimpi, bahwasanya selesai ini saya harus menjadi orang sukses sesuai apa yang diharapkan kedua orang tua.
Empat semester saya lalui, selama itu juga saya mencari-cari beasiswa kampus, karena memang keinginan saya walaupun kuliah setidaknya tidak terlalu menjadi beban terhadap orang tua. Sampai di waktu dimana saya diberi tahu oleh salah satu teman sekelas saya bahwa ada beasiswa cendekia baznas yang katanya pendaftaranya hanya melalui sistem online. Namun sebelum itu pun saya juga sudah pernah mengajukan beasiswa lainya seperti UKT yang disediakan oleh kampus serta beasiswa BI namun apa boleh buat, mungkin belum rezeki saya untuk bisa mendapatkankan beasiswa itu.
Suatu malam teman saya mengirim gambar melalu WhatsApp gambar itu sepertinya di ambil dari Instagram beasiswa cendekia BAZNAS, di gambar itu tercantun nama-nama peserta yang lolos beasiswa cendekia BAZNAS. Saya sangat senang dan bersyukur sekali akhirnya yang saya harapkan ternyata bisa saya dapatkan.
Alhamdulillah selama mendapat beasiswa BASNAZ saya sangat merasa terbantu sekali, karena untuk masalah biaya UKT orang tua tidak perlu memberikan lagi kepada saya, dan uang bulanan saya juga sedikit terbantu oleh BAZNAS. Sehingga uang bulanan tersebut bisa saya tabung dan saya pergunakan untuk membeli keperluan kuliah, seperti laptop, buku, dan lain-lain.
Harapan saya setelah ini, saya bisa lebih bersemangat lagi dalam menjalani kuliah hingga selesai, dan saya berharap setelah ini saya juga bisa mendapatkan beasiswa-beasiswa lainya untuk bisa melanjutkan pendidikan S-2 saya, karena saat ini, mimpi terbesar saya agar bisa melanjutkan pendidkan S-2.
Dari cerita dan pengalaman saya di atas semoga bisa menjadi motivasi bagi para pembaca, bagi orang-orang di luar sana mungkin, ingin bisa melanjutkan pendidikan dan ingin merasakan bangku kuliah itu seperti apa, namun terhalang oleh biaya atau lain semacamnya, karena itu bukan lah menjadi sebuah alasan untuk tidak bisa kuliah, karena di luar sana sangat banyak beasiswa-beasiswa yang bisa kita ikuti.(*Penerima Beasiswa BAZNAS)