Oleh: Saripaini
Jumat 19 Juli 2019, sebagian masyarakat Desa Badau melaksanakan tradisi tolak bala di lokasi kejadian kecelakaan tunggal yang terjadi pada Jumat malam (12/07/2019), di jalan raya. Waktu itu seorang remaja laki-laki berusia 13 tahun meninggal setelah menabrak sebuah truk yang terparkir di pinggir jalan. Setelah tujuh hari berlalu keluarga korban melaksanakan ritual tolak bala di tempat kejadian.
Pukul 15:30 saya, Rita, Eka, Khatijah dan Tia (Kakak korban) menuju lokasi pelaksanaan ritual dengan dengan membawa kue, air dan beberapa perlengkapan ritual lainnya. kami sampai di jalan raya tempat kecelakaan terjadi, jalan aspal telah ditandai dengan cat silver, beberapa serpihan motor masih di lokasi kejadian.
Ritual tersebut dibantu oleh dua orang polisi yang mengatur lalu lintas jalan raya selama ritual tolak bala berlangsung. Pembacaan doa tolak bala dipimpin oleh seorang tokoh agama, sebelum mulai membaca doa tokoh agama yang telah ditunjuk untuk memimpin pembacaan doa memberikan sepatah dua patah kata untuk memberikan peringatan bahwa bala dapat terjadi kapan pun dan dimana pun, ritual adat dilanjutkan dengan penepasan topung tawar dan penghamburan bertih beras kuning oleh tetua, tokoh masyarakat yang hadir dalam ritual adat tolak bala.
Mereka menepas-nepaskan air topung tawar di tempat kejadian serta orang-orang yang hadir dalam ritual sambil mendoakan keselamatan. Penepasan dilakukan dengan menggunakan tiga jenis daun yang diikat menjadi satu, yakni daun memalu, daun juaran dan daun sabar.
Selain makanan yang disediakan oleh keluarga yang berduka, sejumlah masyarakat sengaja membawa makanan dan minuman dari rumahnya untuk dibacakan doa tolak bala, kemudian dimakan bersama di tempat pembacaan doa. Makanan yang dibawa harus dihabiskan, mereka meyakini bahwa makanan tersebut tidak boleh dibawa pulang ke rumah dengan kekhawatiran bahwa bala tersebut akan ikut pulang ke rumah, jika tidak habis mereka membuang makanan tersebut di tepi jalan.
Ya, menurut sejumlah orang yang kutanyai bahwa ritual ini dilakukan untuk menolak bala bahaya atau kemalangan yang akan menimpa, mereka memohon agar dihindarkan dari kesulitan hidup.