Oleh: Ambaryani
Hari ini, perjalanan saya terasa begitu panjang. Menjalankan tugas di lapangan. Begitu sampai rumah Teluk Nangka, rasanya kasur dan bantal sudah melmabai-lambai.
Lepas Isya’, teman-teman serumah juga sudah di kamar masing-masing. Saya rebahan sambil mengotak-ngatik hp. Menulis.
Baru jam 19.45. Suasana sudah sunyi. Sepi. Hanya denting jam dinding yang berbunyi teratur. Awalnya, saya tak terlalu ngeh dengan suara musik yang mengalun teratur dari arah Teluk Nangka A.
Cuek saja. Tapi, lama-lama semakin saya dengarkan musiknya semakin membuat saya larut dalam ruang nostalgia. Warga memutar musik uyon-uyon.
Uyon-uyon adalah jenis musik Jawa. Gamelan atau gending Jawa. Almarhum kakek Tasman dan Pak Tuo Tresno Wage yang hobi dengan jenis musik ini. Musik.khas sebagai pengiring pertunjukkan wayang ataupun ludruk (Ketoprak), pertunjukkan seni Jawa.
Dulu saat saya masih kecil, Kakek dan Pak Tuo selalu menyetel musik ini di radio. Di malam-malam tertentu, ada juga pertunjukkan wayang di chanel TVRI dulu. Tapi biasanya jam tayangnya menjelang tengah malam.
Kakek juga selalu mengajak saya duduk disamping pangung saat ada pertunjukkan ludruk dulu. Sambil mengendong atau memangku saya dan meladeni pertanyaan-pertanyaan saya. Menjelaskan jalan ceritanya.
Malam ini, Kakek dan Pak Tuo seolah hadir menemani malam saya. Malam yang hening, dengan hanya denting jam dinding dan musik uyon-uyon kegemaran kedua kakek yang dulu selalu menghujani saya dengan kasih sayang. Rindu Kakek dan Pak Tuo. Semoga dilapangkan kubur keduanya. Amin.