teraju.id, Sumedang – Desember 2019 hingga hari ini (15/4), Coronavirus Disease 2019 atau disingkat COVID-19 telah menyebar ke seluruh dunia dan menginfeksi ratusan ribu orang di dunia.
Lebih dari 200 negara di dunia saat ini tengah berjuang melawan penyebaran pandemi COVID-19. Berdasarkan data John Hopkins University hingga Selasa (14/4) lebih dari 1,9 juta orang di seluruh dunia positif COVID-19 dengan lebih dari 119 ribu orang meninggal dan lebih dari 400 ribu pasien sembuh.
Untuk mengantisipasi dampak terburuk, sejumlah negara saat ini mencoba memprediksi puncak penyebaran pandemi SARS-COV-2. Pemerintah beserta lembaga terkait memperkirakan puncak penyebaran mengacu pada jumlah pasien yang terinfeksi dari waktu ke waktu.
Terdapat beberapa negara yang sudah mencapai puncak penyebaran COVID-19 atau bahkan melewatinya, yaitu:
Republik Rakyat Tiongkok
Tiongkok saat ini dikategorikan merayakan kemenangan setelah berjuang melawan COVID-19 sejak awal Januari 2020. Lonjakan kasus baru di Negara Tirai Bambu ini sempat mengalami lonjakan signifikan pada 12 Februari lalu sebesar 14.108 kasus baru hingga total mencapai lebih dari 51 ribu kasus saat itu.
Kendati sempat mengalami lonjakan besar, jumlah kasus baru di Tiongkok terus menurun. Terlebih setelah pemerintah memutuskan untuk melakukan penutupan wilayah (lockdown) sejak 23 Januari silam.
Komisi Kesehatan Nasional Negara Republik Rakyat Tiongkok melaporkan penurunan kasus baru dan jumlah korban meninggal sejak awal Maret lalu. Puncaknya pada Kamis (19/3) untuk pertama kalinya kasus baru COVID-19 di dalam negeri dilaporkan nihil. Laporan yang sama diungkap selama dua hari berturut-turut sehingga tidak ada penambahan korban terinfeksi setelah dua bulan terakhir.
Menyusul di awal April, tepatnya pada Selasa (7/4) Tiongkok melaporkan nol kematian baru akibat COVID-19 untuk pertama kalinya. Pemerintah Tiongkok sempat memberi kelonggaran dengan mengizinkan warga keluar rumah sebelum sepenuhnya membuka lockdown.
Baru pada Rabu (8/4) pemerintah mencabut kebijakan lockdown di Wuhan lantaran sudah dianggap berhasil menekan penyebaran COVID-19.
Amerika Serikat
Pada saat ini, Amerika Serikat menjadi negara dengan kasus Corona dan kematian tertinggi di dunia dengan total 560 ribu kasus serta 22 ribu korban meninggal dunia. Lonjakan kasus terbesar di AS tercatat terjadi pada 4 April lalu dengan lebih dari 34 ribu kasus baru dalam tempo sehari. Kendati demikian, sejumlah pakar memperkirakan puncak penyebaran COVID-19 di AS baru masih akan terjadi hingga Mei mendatang.
Italia
Italia merupakan negara dengan kasus COVID-19 tertinggi di Eropa. Hingga Senin (13/4) Italia memiliki 156.363 kasus dengan total kematian 19.899 jiwa. Kendati demikian, Italia diduga telah melewati puncak penyebaran. Seperti halnya Tiongkok, Italia juga menerapkan kebijakan lockdown sejak 9 Maret 2020.
Sejak memutuskan lockdown dan mengharuskan warga tinggal di rumah, Italia sempat beberapa kali mencatat lonjakan kasus baru. Pemerintah Italia kemudian memutuskan untuk memperpanjang lockdown sampai 12 April setelah infeksi COVID-19 merenggut 11.591 jiwa hingga 31 Maret lalu.
Terlebih setelah dua hari sebelumnya pada 28 Maret, kasus COVID-19 di Italia meroket hingga melampaui Tiongkok. Berdasarkan data Johns Hopkins University, Italia memiliki 86.498 kasus, sementara Tiongkok memiliki 81.946 kasus.
Hingga akhir Maret, Italia menjadi salah satu negara dengan tingkat kematian tertinggi di dunia yakni mencapai 10,5 persen. Dalam tempo sehari pada 27 Maret lalu, tercatat 969 orang yang positif Corona meninggal.
Prancis
Prancis sempat menjadi negara kedua di Eropa setelah Italia dengan kasus infeksi Virus Corona tertinggi. Prancis melaporkan kasus pertama terjadi pada 15 Februari yang menginfeksi 15 orang.
Pada 4 Maret, Prancis baru melaporkan empat orang meninggal dunia dari total 269 kasus. Namun, jumlahnya melonjak drastis mencapai 1.178 kasus pada 8 Maret dengan total kematian mencapai 19 jiwa. Angka kematian melonjak pada 16 Maret menjadi total 148 korban jiwa dengan 6.473 kasus.
Menteri Kesehatan Prancis Olivier Veran mengatakan data tersebut merupakan angka lonjakan kematian terbesar dalam sehari yakni bertambah 29 orang dari sehari sebelumnya sebanyak 119 korban jiwa. Sementara kasus baru bertambah 900 sehingga total menjadi 5.400 orang.
Lonjakan kematian akibat COVID-19 kembali terjadi tepat dua pekan setelah diberlakukan lockdown atau tepatnya pada Senin (30/3). Angka kematian harian tercatat mencapai 148 orang, jumlah kematian harian tertinggi sejak epidemi corona terjadi di Prancis.
Dengan kematian tersebut, jumlah korban meninggal akibat Virus Corona di Prancis naik menjadi 3.024. Selain korban meninggal, pemerintah setempat juga melaporkan sampai dengan awal April lalu sebanyak 20.946 kasus dengan 5.056 di antaranya dirawat secara intensif.
Angka kematian akibat virus ini kembali melonjak hingga dua kali lipat pada 3 April lalu. Total kematian mencapai 6.503 jiwa dengan 61.650 dinyatakan positif terinfeksi virus corona.
Sejak saat itu, Prancis masih mencatatkan penambahan kasus baru dan angka kematian yang tidak signifikan. Pada Minggu (12/4) kemarin, Prancis hanya mencatat 2.937 kasus baru sehingga total menjadi 91.012 dari 89.431 di sehari sebelumnya.
Prancis sendiri telah memperpanjang kebijakan penutupan wilayah atau lockdown hingga setelah 15 April 2020 untuk memperlambat penyebaran COVID-19. Perpanjangan kebijakan ini dilakukan di tengah meningkatnya kematian di Eropa. (wir)