Oleh: Beni Sulastyo
ASTAGHFIRULLAH!
ISTRI SAHABAT SAYA INI MELAHIRKAN SENDIRI DI RUANG ISOLASI COVID, LALU WAFAT DI RUANG YANG SAMA…
SUNGGUH TERAMAT MENGGENASKAN!
DIMANAKAH RASA KEMANUSIAAN KITA?!!
Kemarin saya berkomunikasi dengan seorang sahabat, sebut saja namanya Bang Shab. Bang Shab tinggal di Kota Pontianak, Kalimantan Barat.
Saya menghubungi Bang Shab karena mendengar berita bahwa ia baru saja ditimpa kemalangan. Istri yang teramat ia cintai wafat, kembali ke kehadirat Sang Maha Pencipta, Allah azza wajalla.
Isti Bang Shab wafat sebagai seorang syahidah, dalam perjuangan untuk melahirkan anak kedua keluarga mereka. Innalillahi wainnailaihi roojiun.
**
Namun, saat menghubunginya melalui sambungan telpon itu, ternyata Bang Shab bercerita derita yang menimpa istrinya menjelang kewafatannya. Sang istri ternyata wafat di ruang isolasi covid 19. Ia wafat sehari setelah melahirkan anak yang dikandungnya di ruang yang sama, yaitu ruang isolasi covid 19.
Semuan itu harus dilalui istrinya seorang diri, tanpa seorang pun yang menemani. Ya Allaaaah.
**
“Lho kok bisa, Bang? Gimana ceritanya?” Tanya saya kepada Bang Shab melalui sambungan telpon.
“Itulah, Bung Ben. Sayapun heran. Mengapa rumah sakit kita dzolim sekali!”, jawab Bang Shab dengan nafas terengah-engah menahan duka bercampur amarah.
Bang Shab pun kemudian menceritakan awal muasal kemalangan yang menimpanya itu. Menurut Bang Shab, kemalangannya itu berawal saat istrinya yang tengah mengandung 8 bulan mengalami mulas seperti seorang yang akan melakukan persalinan.
Karena khawatir, Bang Shab kemudian membawa istrinya ke klinik bersalin. Setelah diperiksa oleh bidan, klinik bersalin lalu merujuk istri Bang Shab ke Rumah Sakit.
Tanpa banyak pertimbangan, Bang Shab langsung membawa istrinya ke UGD rumah sakit milik Pemda. Di UGD, Istri Bang Shab yang sedang mengalami sakit tak tertahankan itu ternyata tidak langsung mendapatkan pertolongan medis. Istrinya harus melewati pemeriksaan lab terlebih dahulu. Prosedur ini diterapkan berdasarkan prosedur protokol covid-19.
Setelah melakukan pemeriksaan, oleh pihak rumah sakit, istri Bang Shab dinyatakan positif covid 19. Karena dinyatakan positif covid, istri Bang Shab tak boleh dirawat di ruang biasa, melainkan harus dirawat di ruang isolasi.
Karena berada di ruang isolasi, Bang Shab pun tak bisa menemani Sang istri yang sedang mengalami kesakitan yang luar biasa itu. Bang Shab hanya bisa berkomunikasi dengan istrinya melalui Hp.
Melalui Hp itu, Bang Shab mendapatkan informasi dari istrinya bahwa selama di ruang isolasi itu, petugas medis jarang mengunjunginya. Ia lebih sering seorang diri bersama rasa sakit yang menikam-nikam rahimnya.
Singkat cerita, istrinya yang malang itu kemudian melahirkan bayi yang dikandungnya. Ia melahirkan sendiri, di ruang isolasi, tanpa didampingi oleh satu orangpun petugas medis.
Ya allaaaaah…
Dan yang teramat menyedihkan adalah, sehari setelah melahirkan itu, Sang istri dipanggil kehadirat Sang Pencipta. Ia wafat setelah melewati proses persalinan yang sangat dramatik.
Yang membuat Bang Shab semakin sedih adalah ia tak memiliki kesempatan sama sekali untuk mendamping Sang istri usai melakukan persalinan. Sang istri melewati detik-derik sakaratul maut tanpa ada satu orangpun yang berada di sampingnya.
Ya Allaaah….
**
Setelah dinyatakan wafat, kemalangan sahabat saya ini tak lantas usai.
Sambil terisak, sahabat saya ini bercerita bahwa beberapa waktu setelah ia memperoleh khabar bahwa istrinya telah wafat di ruang isolasi itu, ia didatangi oleh petugas rumah sakit. Petugas itu memintanya untuk menandatangani sebuah surat yang menyatakan bahwa penyebab kematian istrinya adalah karena terinfeksi covid-19.
Dalam surat itu Bang Shab juga diminta untuk menyetujui bahwa proses pemakaman istrinya akan dilakukan dengan protokol pemakaman covid.
Sahabat saya menolak keras permintaan petugas. Nalar kemanusiaannya bekerja.
Jika ia menandatangani surat tersebut, maka ia tak akan bisa membawa pulang jenazah istrinya ke rumah. Karena berdasarkan protokol kesehatan iblis covid 19 itu, proses perawatan jenazah dan pemakaman hanya boleh dilakukan oleh petugas khusus, tak boleh dihadiri oleh orang lain.
Walau telah menolak, namun aparat kesehatan tetap berusaha membujuk Bang Shab untuk menandatangani surat itu. Namun Bang Shab tak bergeming. Ia tetap berusaha membawa pulang jenazah istrinya yang malang itu. Ia ingin merawat jenazah istrinya yang syahid itu sebagai wujud rasa cinta untuk yang terakhir kalinya.
Terjadilah adu argumen dan adu mulut. Aparat kesehatan kemudian meminta bantuan dari aparat keamanan. Petugas keamanan pun datang ke rumah sakit.
Karena khawatir mengalami hal-hal yang tak dinginkan, Bang Shab kemudian meminta bantuan keluarga besarnya. Pihak keluarga pun datang memberikan dukungan.
Singkat cerita, jenazah istri sahabat saya yang malang itu, akhirnya berhasil dibawa pulang ke rumah. Jenazah istrinya yang syahid ini kemudian ia rawat sesuai dengan ajaran Islam, lalu dikebumikan dengan normal.
**
Mendidih darah saya mendengar cerita sahabat saya ini. Saya membayangkan jika hal itu terjadi pada keluarga saya. Ntah istri saya, ntah saudari kandung saya.
Saya mencoba menggambarkan bagaimana perasaan istri Bang Shab yang mengalami kesakitan menjelang detik-detik kelahiran sang jabang bayi.
Saya membayangkan beban derita yang harus ditanggung oleh istri Bang Shab saat dalam proses persalinan dan pada saat menjelang ajal menjemput.
Sendiri di ruang isolasi. Sendiri tanpa suami. Sendiri! Tanpa seorangpun yang menemani!
Ya Allah…kemanakah rasa kemanusian kita…???!!!
**
Sobat, saya yakin kasus-kasus seperti ini banyak terjadi di sekeliling kita. Dan hal ini tak boleh kita biarkan.
Sebagai warga negara, kita berhak untuk mendapatkan perlakuan yang layak. Perlakuan yang berperikemanusiaan. Perlakuan berkeberadaban!
**
Sobat, penerapan protokol kesehatan dalam penanganan pandemi ini sudah sering menabrak nilai-nilai kemanusiaan. Dan hal ini tak boleh kita biarkan terus terjadi.
Jangan sampai kejadian yang menimpa keluarga Bang Shab ini terjadi lagi pada keluarga kita, pada saudara-saudara kita, pada sahabat-sahabat kita!
Melalui media ini saya ingin mangajak para sahabat sekalian untuk membela siapapun yang telah diperlakukan melampaui batas kemanusiaan. Melalui media ini saya ingin mengajak para sahabat semua untuk menyatakan keberpihakan kita kepada nilai-nilai kemanusiaan.
Bagi para sahabat yang berada di Kalimantan Barat, bergabunglah bersama kami untuk memikirkan dan memperjuangkan agar kemalangan yang telah menimpa Bang Shab tak terulang lagi dan menimpa keluarga dan sahabat-sahabat kita!
Allahuakbar!
*
Pontianak, 4 Oktober 2020
Beni Sulastiyo
#majelisbelarakyat
#majelisnalarsehati