teraju. id, Pontianak – Sejak lahir Mantong sebenarnya normal. Ia bisa melihat secara normal. Bahkan sempat mengenyam pendidikan dasar. “Sempat sekolah SD kelas 1,” ungkap Mantong saat diwawancarai teraju.id, Senin, 22/5/17 di Mercure dalam pelatihan panduan media untuk pemberitaan pemilu akses.
Namun sakit cacar yang dialaminya begitu kronis sehingga merusak syaraf mata. Sejak saat itulah dunia menjadi gelap baginya.
Tetapi Mantong tidak patah semangat. Ia melawan keterbatasan pandangan dengan terus belajar dan menyesuaikan diri.
Mantong berhasil melewati masa masa sulit di Desa Padang Tikar bahkan membina rumah tangga di Sungai Jawi Kota Pontianak. Ia mempunyai istri dan anak anak yang normal.
“Saya punya 6 anak kandung dan 2 anak adopsi,” ungkapnya.
Kendati mengalami disabilitas jenis netra, Mantong tetap aktif di pesta demokrasi. Ia mulai menyoblos sejak “bujang”.
Kalau menentukan pilihan partai atau figur, dia berbisik kepada petugas. Lalu tangannya dibimbing menyoblos sesuai aspirasinya.
Diakui Mantong bahwa selama pemilu dia tak mengalami kesulitan karena mendapatkan pelayanan dan bimbingan dari panitia di TPS.
Mantong yang pernah menjadi ketua penyandang netra di Kota Pontianak mengimbau agar semua penyandang disabilitas turut aktif di setiap pemilu. Demikian karena jumlah penyandang disabilitas di setiap daerah cukup banyak. Berdasarkan data setiap 7 orang maka ada satu penyandang disabilitas. (Nuris)