Oleh Umi Ani Jusida
Di dalam acara Gawai Bahasa Ibu yang berlangsung pada tanggal 21 Februari 2017, di Balai Kerja Rumah Melayu Jl. sultan Syahrir Pontianak, Panitia mengadakan dialog dengan 6 pemateri yang saling memberikan argumennya tentang Bahasa Ibu. Salah satu pematerinya yaitu Pak Agus Syahrani seorang dosen Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Tanjungpura. Beliau mengutip dari sumber Etnolog, bahwa ada sekitar 706 bahasa daerah, sedangkan mengutip juga dari Balai Bahasa, ada sekitar 669 bahasa daerah. Beliau berpendapat bahwa bahasa ibu sebagai identitas daerah.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh UNICEF yang tujuannya untuk mengetahui relevansi/pengaruh dari penggunaan bahasa ibu. Penelitian ini dilakukan pada anak kelas 1 SD dan kelas 2 SD di sebuah sekolah dasar. Hasilnya, murid kelas 1 dan kelas 2 tersebut lebih cepat memahami pelajaran karena penjelasan guru disampaikan dengan menggunakan bahasa ibu. Hal ini sangat menarik bagi penulis, karena selain untuk melestarikan bahasa ibu, penggunaan bahasa ibu bisa digunakan sebagai bahasa pengantar dari menjelaskan pelajaran untuk anak sekolah dasar.
Beberapa faktor berikut tentu berpengaruh dalam kelestarian bahasa ibu, di antaranya adalah faktor perkawinan dan perpindahan wilayah. Dikutip dari Quots Nelson Mandela yaitu “If you talk to a man in a language, he understand, that goes to his head. If you talk to a man in his language, that goes to his heart. Kira-kira arti dari pernyataan Nelson Mandela di atas adalah, “Jika kita menyapa orang dengan bahasa yang dia mengerti, masuk dalam kepalanya. Jika kamu menyapa orang dengan bahasa ibunya, masuk dalam hatinya. Pernyataan dari Nelson Mandela penulis pikir sudah cukup jelas bahwa pentingnya kita mempelajari bahasa daerah dan melestarikannya. Jangan lupakan bahasa ibu dan sentuh hatinya dengan bahasa ibu. (*)