teraju.id, Pontianak – Presiden Asosiasi Guru Sejarah Seluruh Indonesia (AGSI), Sumardiansyah Perdana Kusuma kepada teraju.id, Kamis, 25/6/20 menegaskan akan menggelar webinar tentang Sultan Hamid yang kini sedang menjadi trending topik nasional. Webinar akan diikuti 1000-2000 guru sejarah seluruh Indonesia.
“Kami lembaga netral. Kemarin sudah webinar dengan Prof Anhar Gonggong, kali ini dengan Yayasan Sultan Hamid,” ungkapnya.
Tenggat waktu pelaksanaannya pada 5/7/20 pukul 09.00-12.00. Narasumber dari pihak Yayasan Sultan Hamid adalah dosen hukum tatanegara Universitas Tanjungpura yang juga peneliti sejarah lambang negara, Turiman Faturahman Nur, SH, M.Hum dan Ketua Yayasan Sultan Hamid, dosen hukum Universitas Muhmmadiyah Pontianak (UMP) Anshari Dimyati, SH, MH yang juga peneliti pidana makar yang dituduhkan kepada Sultan Hamid.
Menurut rencana AGSI juga mengundang keynote speaker Gubernur Kalimantan Barat, H Sutarmidji, SH, M.Hum sebagai Ketua TP2GD, dan pemerhati serius dunia pendidikan. AGSI juga akan meminta komentar khusus dari Sultan ke-9 Pontianak, Syarif Melvin Alkadrie tentang sejarah Kesultanan Qadriyah dalam konteks karya monumental Sultan Hamid ketika menjadi Sultan Ke-7.
AGSI mulai tertarik dengan sejarah Lambang Negara sebenarnya bukan karena trending topik pemberitaan nasional, tetapi sudah sejak tahun 2007. Yakni ketika Presiden AGSI masih tercatat sebagai mahasiswa berprestasi nasional mengikuti Program Kementerian bertajuk Arung Bahari. Bersama mahasiswa berprestasi seluruh Indonesia lainnya di bilangan Sungai Kapuas— sungai terpanjang di seluruh Indonesia–peserta Arung Bahari mampir ke Kesultanan Qadriyah. Di sana peserta Arung Bahari mulai mengenal sosok Sultan Hamid II Sang Perancang Lambang Negara.
Kini di Indonesia sedang ribut soal Sultan Hamid pengkhianat atau pahlawan. Sejak Prof Hendropriyono diwawancarai Agama Akal TV Channel YouTube, 11/6/20. Kemudian penjelasan Prof Anhar bahwa Sultan Hamid cacat sejarah akibat menjadi pengawal khusus Ratu Wilhelmina tahun 1946. “Saat kita dikejar kejar Belanda. Beliau dimana?” Begitu Prof Anhar merujuk fakta sejarah ketika webinar dengan AGSI beberapa hari lalu.
AGSI, kata Sumardiansyah tidak akan terlibat dengan kemelut pengkhianat atau pahlawan, tapi akan menilai sendiri para tokoh sejarah Indonesia. Sehingga para guru paham dalam mendidik sejarah Indonesia kepada para murid, bagaimana teks dan konteks para tokoh sejarah maupun berbagai peristiwa pada saat itu.
Presiden AGSI Sumardiansyah menegaskan bahwa AGSI memiliki semangat untuk menjadikan diri sebagai sebuah gerakan intelektual yang mengambil peran aktif dalam mengembangkan kompetensi profesionalisme serta harkat martabat Guru Sejarah, di antaranya adalah melalui berbagai forum diskusi seperti Webinar Kesejarahan yang selama ini diadakan.
Webinar ini juga akan live streaming di beberapa channel, selain AGSI, juga media YouTube teraju.id. Jangan lewatkan kesempatan belajar sejarah bersama ribuan guru-guru sejarah seluruh Indonesia. (kan)