Oleh: Saripaini
“Kehilangan” akan terasa sangat menyebalkan, resah, gelisah dan berbagai rasa yang tak nyaman akan dikonsumsi jiwa. Kehilangan itu memang menyedihkan dan tak ada yang menginginkan hal itu terjadi begitu saja.
Tulisan ini tak akan memberikan informasi tentang kehilangan hp, motor, perhiasan, harta benda, orang yang disayang apa lagi kehilangan pacar, tapi tentang kehilangan passion. Ya, kehilangan passion, sebuah istilah yang kerap disebut-sebut di ruagan yang tak seberapa besar yang disebut sebagai ruangan Club Menulis karena itu memang fasilitas dari kampus untuk Club Menulis.
“Menulis adalah passion anggota Club Menulis.” kata Pak Yusriadi pembimbing Club Menulis IAIN Pontianak.
Maknanya sangat jelas, tak menulis bukan passion anggota Club Menulis, tak menulis artinya telah kehilangan passion. Itu memang benar. Aku setuju dan kurasa seluruh anggota Club Menulis juga setuju. Penulis memang harus menulis sebagai tanda bahwa ia benar-benar penulis. Jika tak menulis itu artinya menghilangkan passion.
Menghilangkan atau pun kehilangan tetap saja terasa mengganggu jiwa. Seperti yang aku katakan di atas kalau kehilangan itu bukan perkara yang mudah, apalagi menghilangkan itu jauh lebih terasa karena dilakukan dengan kesadaran entah bagaimana riuhnya protes di dalam benak.
Bagaimana rasanya melawan arus, menjadi pemberontak dalam mimpinya bahkan bertindak sebagai algojo yang menghancurkan keinginan. Satu kata SULIT.
Hanya satu. kalimat, saya memilih maka saya bertangung jawab. (CM)
Punggur Kecil, Kamis 18 Januari 2018