Oleh: Ambaryani
Saya bersyukur, saat anak-anak masa kini ketagihan gawai, anak lanang kami masih bisa menikmati aktivitas di atas pohon. Naik pohon rambutan di depan rumah menjadi kegiatan rutin di kala pandemi ini.
Seperti pagi menjelang siang kemarin, abang sudah asyik bersama 2, 3 orang kawannya di atas pohon rambutan depan rumah kami. Kali ini saya berkesempatan mengamati mereka dari teras rumah.
Macam-macam yang mereka bicarakan saat berlama-lama di atas pohon. Mulai dari keasyikan game yang biasa mereka akses, hingga beberapa info dari sesama teman main yang mereka dengar soal dampak negatif game.
Lama-lama obrolan mereka saya dengar lebih menarik.
“Memangnya kau tak peduli dengan Allah? Dosa besak ye kau…”, kata abang.
“Pedu…lilah, masak tak peduli”, sahut 2 temannya dengan khas logatnya.
“Iye, nanti kau tebakar api panas kalau tak peduli dengan Allah”.
Abang membahas soal api panas lantaran kemarin malam kami membahas tarjim surah Al-Mursalat. Rupanya dia sedang menyampaikan apa yang diserapnya semalam.
Tak lama mereka turun bergantian saat azan dzuhur terdengar. Saya memanfaatkan momentum obrolan mereka soal peduli kepada Allah untuk membubarkan aktivitas mereka.
“Yang peduli sama Allah… udah azan”.
Mereka bubar, kembali ke rumah masing-masing.
Saya bersyukur dan berdoa. Semoga mereka selalu dalam lindungan Allah.
Saya juga beryukur pohon ini tumbuh di depan rumah. Inilah manfaat lain dari tanaman di sekitar rumah. Anak-anak masih mendapatkan momentum aktivitas seru dan bermanfaat. (*).