Oleh : Agung Yuliansyah
Masa remaja (Adolescence) adalah masa yang akan dilewati oleh semua orang. Selama proses inilah, baik dari sisi biologis maupun sisi psikologis seseorang akan tumbuh dan berkembang. Dari sisi biologis, berupa bertambah tingginya badan, suara yang mulai padat, alat genital bereproduksi, dan semua sisi fisik lainnya yang dapat kita amati. Namun, seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa seseorang juga akan mengalamai perkembangan psikologis dari dalam dirinya.
Psikologi berasal dari kata Yunani psyche, yang artinya pikiran, jiwa, atau ruh, dan logos yang berarti pengetahuan (Gross, 2012:4). Sehingga, psikologis bisa dimaknai dengan arti sesuatu yang berkaitan dengan mental seseorang. Dengan demikian, perkembangan sisi psikologis seseorang dapat dilihat dari bagaimana pemikiran, emosional, maupun perilakunya sehari-hari. Perkembangan mental seseorang umumnya dimulai dari masa remaja.
Masa remaja adalah masa perkembangan psikologis seseorang. Dimana saat itu, seorang remaja sudah mulai muncul rasa ketertarikan kepada lawan jenis, mulai sering ikut-ikut trend, dan sebagainya. Masa ini adalah masa pencarian identitas diri. Seorang remaja cenderung mencari tokoh untuk ditiru dalam hal apapun, entah itu cara bicara, berpikir, bertindak, dan lain sebagainya. Inilah yang membuat masa remaja merupakan masa yang rentan.
Pontianak pernah dihebohkan oleh beberapa kelompok remaja yang sedang nongkrong saat car free day lalu di depan masjid Mujahidin dengan menggunakan kaos bergambar porno. Adajuga kasus lain, yaitu seorang anak SD kelas 4 yang dikabarkan hamil akibat dari perbuatan kakak kelasnya Oktober lalu. Ini tentu menimbulkan pertanyaan, mengapa bisa terjadi?
Sebenarnya, hal ini bisa terjadi, selain dari faktor internal anak, yaitu sisi psikologis anak yang selalu ingin mencari tahu, maupun sedang mencari identitas diri, juga faktor eksternal yaitu kurangnya pengawasan terhadap pergaulan anak, dan perhatian orang tua kepada anaknya.
Di era Globalisasi, dimana arus informasi deras mengalir tak terkendali, akses informasi semudah gerakan ujung jari, sebagai orang tua, hendaknya memahami urgensi pengawasan dan kontrol informasi masuk kepada anak. Kita tidak bisa serta merta menyalahkan anak sepenuhnya, karena memang masa remaja inilah masa-masanya mencari tahu jati diri. Lingkungan keluarga berperan sangat vital dalam pembentukkan karakter seorang anak. Sehingga, orangtua perlu menyadari peran pentingnya sebagai kontrol informasi dan pembimbing emosional mereka yang saat ini fluktutatif.
Selain dari lingkungan keluarga, masyarakat dan pemerintah pun harus turut bekerja sama, bahu membahu membangun lingkungan yang layak anak, baik dari sisi edukasi, fasilitas, dan lain sebagainya. Pemerintah perlu bersinergi dengan masyarakat untuk menuntaskan krisis moral yang melanda generasi muda penerus bangsa kita saat ini. Perlunya mengoptimalisasikan edukasi berupa penyuluhan kepada para guru, orangtua, dan elemen masyarakat lainnya terkait memilah-milah informasi yang baik untuk anak. Kebijakan penggunaan smartphone untuk anak-anak pun perlu dievaluasi kembali, bahwa anak tidak boleh menggunakan gadget tanpa pengawasan orang tua.
Dengan adanya sinergi antar semua elemen masyarakat, diharapkan dapat mengentaskan degradasi moral yang dihadapi generasi kita saat ini. Sehingga, terbentuklah generasi penerus bangsa yang beretika dan berkeadaban tinggi. (CM/IAT)