Oleh: Dinda Fasya Aulia Rahmi
Pertama kali saya belajar mengedit buku adalah saat menginjak SMA. Saat itu ada guru yang mengajarkan dasar-dasar dalam mengedit tulisan seperti mengubah kata-kata yang tidak sesuai, menghapus pemborosan kata, dan lain sebagainya.
Saat kuliah, saya mengikuti kegiatan Rumah Literasi di Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah IAIN Pontianak. Di sana kita diajarkan bagaimana menulis berita, cerpen, narasi, argumentasi, dll. Saya juga berkesempatan menjadi perwakilan kelas literasi untuk menjadi Tim Editor dan Layout. Saya diajarkan banyak sekali hal-hal baru dan banyak sekali dapat motivasi dari dosen dan kakak-kakak yang ada di sana.
Saya diberikan tips menjadi editor dari kak Khatijah; yaitu pertama, menghargai tulisan orang (sebagai seorang editor kita harus menghargai tulisan yang akan kita edit), kedua yaitu rahasiakan tentang buku (hal ini juga harus dilakukan oleh editor agar data tentang buku tidak bocor dan tersebar sebelum buku diterbitkan), ketiga memberitakan isi yang ingin diubah kepada penulis (jika ada hal-hal yang memang ingin diubah di dalam buku yang kita edit, kita harus melapor ke penulis terlebih dahulu agar tidak merubah arti dari buku tersebut).
Kemudian saya diberikan file untuk tugas mengedit buku. Di situ saya diharuskan membaca buku yang telah ditulis dari awal hingga akhir. Beberapa typo juga harus dibetulkan, jika ada tulisan yang harus dirubah saya langsung menginformasikannya ke penulis.
Saya diberi waktu satu hari untuk mengedit buku tersebu, setelah itu dikirim ke pembina untuk diperiksa lagi. Banyak sekali hal-hal baru yang saya dapatkan dalam latihan editor kali ini. (Peserta Rumah Literasi FUAD, IAIN Pontianak).