Oleh: Ambaryani
Selama ini, saya sering melihat prosesi lempar buket bunga dalam pernikahan moderen. Buket bunga yang dilempar, akan diperebutkan tetamu. Siapa yang mendapat buket tersebut, konon tandanya akan cepat menyusul, menikah.
Kali ini, prosesnya mirip. Dalam pernikahan Melayu Selakau, yang dilempar bukan buket bunga, melainkan manggar. Istilah manggar dipakai untuk menyebut 2 buah hiasan yang terbuat dari kertas minyak, yang kemudian dicucukkan pada buah nanas ataupun potong batang pisang. Hiasan itu kemudian dicucuk kembali pakai galah atau kayu agak panjang, yang kemudian dibawa oleh pengiring pengantin paling depan.
Hanya bedanya, jika buket bunga diperebutkan dengan harapan siapa yang mendapatkannya akan segera cepat menikah, dalam pelemparan manggar ada sesuatu yang ingin didapatkan. Uang.
Ya, uang. Di ujung-ujung manggar ditempeli lembaran uang kertas seribu dan dua ribuan. Dan yang memperebutkannya anak-anak. Mereka tak ada maksud tertentu. Mereka tampak riang beradu kepala dan badan demi mendapatkan manggar yang di ujungnya ada lembaran uang.
Masing-masing anak yang sudah menunggu di depan tarup pengantin, segera mencabut 2 manggar yang dilempar oleh pengiring pengantin.
Di saat yang bersamaan, pengantin yang baru datang taburi beras kuning, dan di dalam mangkok beras kuning tersebut sudah diisi uang koin. Uang koin itu akan ikut ditaburkan. Dan lagi-lagi, anak-anak riang menanti kedua prosesi ini. Saya jadi berpikir, apakah pelemparan buket bunga, terinspirasi dari prosesi pelemparan manggar? Entahlah, yang pasti keduanya memiliki kemiripan.