teraju.id, Ketapang – Kamis, 9 Mei 2019. Coretan indah tuhan dilangit malam membuatku sedikit mengulik delik dikepalaku, yaitu tugas bahasa indonesia yang membuat bimbang hati ini. Sebuah cerita lama terulang kembali berputar dikepala ini, dimana pada saat itu aku masih jelek.
Rahadi Oesman Ketapang, begitulah demi sebuah penamaan bandara yang baru saja dibuat kala itu. Sebuah acara penanggulangan darurat pesawat yang didokumentasikan lewat film pendek berbentuk domenter melibatkan Anggota PMI.
Aku, seorang wanita yang bergelut disebuah oraganisasi Palang Merah Indonesia. Mendapat sebuah kebanggan untuk ikut serta dalam menyelenggarakan acara ini. Banyak bentuk partisipasi yang dapat dilakukan, dengan sedikit kemampuan berakting sebisa yang kulakukan sebagai bentuk pengabdian kepada kemanusiaan yang di terapkan PMI.
Sabtu, 25 November 2017. Dimana terselenggaranya acara ini dengan hiruk pikuk pikiran, sekalian memikirkan malam minggu. Kesampingkan acara pribadi, kembali ke topik.
Ramainya bandara sebagai bentuk partisipasi ‘Penanggulangan Keadaan Darurat’ yang melibatkan ratusan orang sambil melihat layar sebagai bentuk pengarahan. Terlihat gambar simulasi pesawat jatuh, dari gambar yang terlihat begitu mudah, iya aku tau melihat memang mudah. Ternyata tidak semudah yang dibayangkan.
Terdengar aba-aba dari petugas bandara untuk memulai kegiatan ini, mulai beranjak dari kursi malas ini. Kuambil topi dan mengenakan rompi yang labelkan tanda Palang Merah yang dicetuskan oleh Henry Dunant masih digunakan hingga sekarang. Sebuah kebanggaan tersendiri aku dapat mengenakan atribut ini, dengan gagah berani aku berjalan percaya diri.
Diberikan sebuah mangkuk berisikan cairan merah, sebuah reka palsu yang dianggap adalah darah. Kukenakan dikedua lengan agar terlihat seperti luka ringan agar mudah saat nanti perubahan peran.
Diawal potongan scene ini aku menjadi tim medis untuk menolong mereka yang senyum-senyum saat terluka. Untuk pertama kali, aku melihat orang bahagia walaupun kesusahan. Hujan tidak menggugurkan semangat ini untuk mengeluarkan potensi dengan maksimal, terdengar aba-aba sebagai apresiasi melalui toa dari petugas, mulai kugerakkan kaki malas ini untuk berlari kedalam simulasi pesawat berisikan orang-orang terluka sambil membawa tandu, kuangkat seorang bapak-bapak yang lumayan berat.
Begitu kreatif semua orang yang berada disana, banyak jenis korban yang kulihat seperti ibu-ibu hamil, orang tua, anak kecil dan banyak lagi mengambil perannya masing-masing. Serbuk kapur sebagai gambaran danging yang keluar, dan pewarna makanan adalah darah. Serta asap bakaran seolah ledakan tersebut benar-benar terjadi. Kubalut tubuhnya dengan perban yang sudah disediakan dalam kotak Pertolongan Pertama, sirine ambulan yang melengking terparkir tidak jauh dari reka kejadian menunggu korban dimasukkan kedalam mobil.
Segenap tenaga yang tersisa membawakku keakhir acara, tapi masih dengan semangat yang membara. Suara tepuk tangan dan terengah-engah dari semua yang berada ditempat kejadian. Semua reka kejadian ini benar-benar membuatku seolah berada didalamnya, dengan membayangkan banyak ilmu yang kudapati dalam acara ini. Bukan hanya ilmu, dengan sekelompok teman-teman yang kudapati dalam acara itu membuat kami saling mengenal dan akbrab.
Sebuah acara yang singkat tetapi bermakna luas untukku, bahkan sebelum acara ini selesai terlihat pembagian bingkisan berisikan baju dan makanan. Tahu apa yang lebih baik dari bingkisan? Terdapat amplop uang didalamnya. Acara yang benar-benar berkesan, tentu bukan hanya uang yang kuharapkan. Semoga ilmu yang kudapati dalam acara ini dapat berfungsi kedepannya dan bentuk apresiasi berbentuk barang dan uang menjadi bermanfaat juga. Semoga.(Siti Chofifah.R)