teraju.id, Nusantara – Sejak mengikuti programme Indonesia Journalist Programe (IJP) di Institute for Training and Development, Massachussets, Negeri Paman Sam tahun 2000 dan 2001, para alumninya membentuk ikatan bernama IJP-Institute.
Hal ini berdasarkan rapat daring, Selasa, 21/7/2020 pukul 20.00-22.15 WIB. Angkatan pertama IJP terdiri dari 3 provinsi yang rentan konflik di Indonesia dengan 12 jumlah wartawan,sedangkan angkatan kedua, dari 3 provinsi rawan konflik anarkis dengan 13 jurnalist. Dari 25 jurnalis tersebut tiga orang telah tiada karena sakit dan bencana alam tsunami Aceh tahun 2004. Berikut hasil lengkap pertemuan berupa Minutes of Meeting (MoM): Setelah puas saling sapa dan mengenang kisah-kisah tak terlupakan selama program–kangen-kangenan–disepakati:
Pertama, bahwa alumni mempunyai forum bernama IJP-Institute. Sekretariat sementara di Pontianak (walaupun kenyataannya di udara/online). Logo didesain Erwan Widyarto/Jogja. Kepemimpinan bersifat kolektif-kolegial. Visi-misi dan program disusun bersama dalam diskusi lebih lanjut via WAG.
Kedua, alumni sepakat menulis pengalaman mengikuti program IJP dan dampak setelah kembali ke tanah air. Masing-masing peserta IJP menulis 1 artikel plus foto. Dikumpulkan sebulan yang akan datang.
Ketiga, IJP-Institute merajut networking untuk pengembangan masyarakat sesuai expertice yang ditekuni. Untuk ini kerjasama sudah datang dari IASI (Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia) di Jerman. Pada 17 Agustus nanti sudah ada sejumlah webinar dengan mengundang liputan dan atau narasumber kepada IJP-Institute. Begitupula sebaliknya, IJP Institute melaksanakan webinar dengan tema-tema tertentu—saling mengisi-saling membantu.
Keempat, anggota IJP mulai menabung sejak sekarang, akan ada kopi darat di suatu tempat. Bisa jadi di Jerman, AS atau Pontianak. Kelima, akan dibuat list no kontak, posisi domisili sekarang, masih di bidang media atau kemana, dst sebagai home-base-data IJP-Institute. Yanti Mirdayanti, dosen bahasa di Hamburg University, Jerman yang mengikuti pertemuan menilai hikmah pandemi Covid-19 memungkinkan jejaring 20 tahun yang lalu hidup kembali. “Ini sinergisitas yang hebat sekali,” ungkapnya. (kan)