Oleh: Sa’Dulloh Muzammil, M.Pd
Ramadhan adalah bulan suci yang paling dinanti umat islam di penjuru dunia karena pada bulan yang istimewa ini Allah SWT membanjiri jagad raya dengan rahmat dan ampunan-Nya. Sedangkan ibadah yang dilakukan pada bulan tersebut pahalanya dilipatgandakan.
Oleh karenanya, banyak orang yang berlomba dalam beribadah baik yang wajib seperti sholat lima waktu dan berpuasa di siang hari maupun yang sunnah semisal bersedekah, membaca Al-Qur’an, I’tikaf di masjid, memperbanyak istighfar, shalat tarawih, dan masih banyak lagi. Semua itu dilakukan untuk mencari ridha dan ampunan sang Khalik.
Tidak semua bentuk ibadah dapat ditemui di luar bulan ramadhan, salah satunya adalah shalat tarawih. Shalat tarawih adalah shalat sunnah yang diselenggarakan hanya pada malam-malam bulan ramadhan. Ada perbedaan jumlah rakaat shalat tarawih, yang paling umum dilaksanakan di Indonesia adalah delapan rakaat dan dua puluh rakaat. Namun, seyogyanya perbedaan tersebut tidak lantas menjadi perselisihan diantara umat Muslim yang dapat berujung pada perpecahan.
Tarawih yang hanya dapat dijumpai di bulan ramadhan menjadikannya salah satu ciri khas nuansa ramadhan. Sehingga tidak mengherankan apabila di masjid-masjid dan mushala-mushala penuh sesak dengan para jamaah, laki-laki dan perempuan, tua dan muda, dewasa dan anak-anak semuanya berkumpul untuk shalat isya dan tarawih berjamaah.
Ironisnya, kemeriahan dan semangat shalat tarawih biasanya hanya terjadi di awal-awal malam bulan ramadhan. Jumlah jamaah yang bertahan dan berjibaku menghidupkan malam-malam ramadhan dengan bertarawih dari hari ke hari semakin berkurang terutama pada hari-hari akhir bulan suci umat Islam tersebut, dan yang tersisa adalah segelintir orang saja.
Tidak ada atau kurangnya motivasi untuk mejalankan shalat tarawih bisa saja terjadi karena orang-orang tidak peduli atau tidak tahu tentang fadhilah atau keutamaan shalat tarawih pada tiap-tiap harinya. Di dalam kitab Durratun Nashihin Fil Wa’zhi wal Irsyad, Syaikh ‘Utsman bin Hasan bin Ahmad Syakir Al Khubari, menyebutkan hadist tentang fadhilah shalat tarawih pada tiap-tiap harinya sebagaimana berikut:
Ali bin Abi Thalib berkata “Aku bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang keutamaan shalat Tarawih di bulan Ramadhan” lalu beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: pada malam pertama, dosa-dosa orang yang beriman dihapuskan seperti hari pertama dia dilahirkan. Sedangkan pada malam kedua, diampuni dosanya dan juga dosa kedua orang tuanya jika keduanya beriman.
Pada malam ketiga, Malaikat dari bawah ‘Arsy berkata “Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang lalu” dan pada malam keempat, tersedia pahala bagi orang yang menjalankan shalat tarawih seperti pahala membaca Taurat, Injil, Zabur dan Al Furqan (Al Qur’an). Lalu pada malam kelima, Allah memberi pahala sebagaimana orang yang shalat di Masjidil Haram, Masjid Nabawi, dan Masjid Aqsha.
Selanjutnya, keutamaan bagi orang yang bertarawih pada malam keenam yaitu Allah memberi pahala seperti orang yang melakukan thawaf mengelilingi Baitul Makmur dan bebatuan pun memohonkan ampunan baginya. Sementara itu, pada malam ketujuh, seakan-akan dia bertemu Musa A.S. dan kemenangannya atas firaun dan Haman. Sedangkan pada malam kedelapan Allah memberikan kepadanya seperti apa yang telah diberikan kepada Ibrahim ‘Alaihis Salam.
Pada malam kesembilan, orang yang shalat tarawih seakan-akan dia beribadah kepada Allah seperti ibadahnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dan pada malam kesepuluh, Allah memberikan rezeki kepadanya berupa kebaikan dunia dan akhirat. Sementara itu, pada malam kesebelas, dirinya keluar dari dunia seperti hari kelahirannya dari rahim ibunya, dan pada malam kedua belas, pada hari kiamat dia akan datang seperti bulan purnama.
Kemudian, fadhilah tarawih bagi yang menjalankannya pada malam ketiga belas yaitu pada hari kiamat dia akan datang dengan keamanan dari segala keburukan, dan pada malam keempat belas, Malaikat datang untuk menyaksikannya shalat tarawih dan kelak Allah tidak akan menghisabnya pada hari kiamat. Selanjutnya pada malam kelima belas, para malaikat pembawa Arsy bershalawat kepadanya.
Tarawih pada malam keenam belas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menetapkan bagi orang yang shalat tarawih, kebebasan dari api neraka dan dimasukan ke surge, dan pada malam ketujuh belas, akan mendapat pahala seperti pahala para Nabi. Kemudian, pada malam kedelapan belas, para malaikat memanggil, ‘Wahai Abdullah, sesungguhnya Allah telah meridhaimu dan meridhai kedua orang tuamu.’
Keutamaan selanjutnya yaitu, pada malam kesembilan belas, Allah mengangkat derajat orang yang menjalankan shalat tarawih, yakni sampai ke surga Firdaus. Kemudian, pada malam kedua puluh, dia mendapatkan pahala para syuhada dan orang-orang shaleh, serta pada malam kedua puluh satu, Allah membangunkan baginya sebuah rumah dari cahaya di surga.
Pada malam kedua puluh dua, bagi siapa yang bertarawih pada malam tersebut maka pada hari kiamat ia akan datang dengan rasa aman dari semua kesulitan dan kecemasan. Sedangkan pada malam kedua puluh tiga, Allah membangun baginya sebuah kota di surga, dan, pada malam kedua puluh empat, , ‘Ada dua puluh empat doanya yang dikabulkan.’ Sementara itu, pada malam kedua puluh lima, Allah mengangkat siksa kubur darinya.
Fadhilah selanjutnya bagi yang bertarawih pada malam kedua puluh enam yaitu Allah memberinya pahala seperti pahala bagi empat puluh ulama. Kemudian, pada malam kedua puluh tujuh, pada hari kiamat ia akan melintasi Shirathul Mustaqim bagai kilat yang menyambar, dan pada malam keduapuluh delapan Allah mengangkat derajatnya sampai dengan seribu derajat di surga
Bagi yang bertarawih pada malam kedua puluh sembilan, Allah memberikan ganjaran baginya seribu hujjah yang dapat diterima. Sementara itu, pada malam yang terakhir atau malam ketiga puluh, Allah berfirman, “Wahai hamba-Ku makanlah dari buah-buahan surga dan mandilah dari air Salsabila.”
Informasi mengenai fadhilah shalat tarawih diatas sepatutnya tidak dijadikan sebagai tujuan utama dalam menjalankan ibadah tersebut, keutamaan-keutamaan itu hanya sebagai motivasi bagi umat muslim untuk lebih giat dalam menghidupkan malam ramadhan dengan bertarawih karena hakekatnya ridha dan kasih sayang Allah lah yang semestinya dicari. (Penulis Dosen IAIN Pontianak)