TNN, Pontianak— Sandiaga Uno, Hotman Paris dan Arwana band, tahukah anda hubungan ketiganya? Saya yakin anda agak kesulitan menjawabnya kecuali anda ngeh judul tulisan ini. Ya, saya sudah sedikit memberi bocoran meski tidak anda minta. Merekalah sedikit dari anak bangsa yang selamat dari krisis ’98 bahkan mampu mengubah musibah menjadi berkah. Mengubah tantangan menjadi peluang.
Saya tidak membahas dua nama pertama yang sudah banyak dibahas di berbagai media. Tapi nama terakhir, sebuah band asal Kalbar sangat menarik untuk diangkat rekam jejaknya.
Berbekal tabuhan drum khas sang leader, Yudi, sayatan biola Hendri Lamiri, ditambah lengkingan suara Yan Mahmud, Arwana berhasil mencuri perhatian penggemar musik Indonesia. Akhir 90-an, kumandang lagu Kunanti menjadi ajang pembuktian musisi kampoeng asal Kalbar menembus ibukota.
Saya mulai intens mengenal personilnya beberapa bulan terakhir. Sultan Hamidlah yang mempersatukan kami.
Kala itu, bang Yudi, panggilan karib Yudi Chaniago, langsung bersemangat saat ditawarkan bergabung memperingati 107 tahun Sultan Hamid. Bahkan satu lagu tribute diciptakannya dalam sehari: Elang Khatulistiwa. “Sekretaris pribadi Sultan Hamid, bang Max sangat banyak membantu kami saat merintis karir di Jakarta. Beliaulah yang memberi nama band ini, Arwana,” demikian pentolan Arwana ini membuka sedikit kisah masa lalu Arwana terkait Sultan Hamid.
Seperti halnya Sultan Hamid, Arwana menjadi berapi-api bila membicarakan dan memperjuangkan “Kalimantan Barat”. Satu di ranah politik. Satu di ranah musik.
Band yang digawangi Yudi Chaniago, Hendri Lamiri, Yan Mahmud dan Wawan ini menjadi gerbong musisi Kalbar ke panggung nasional. Mereka band pertama yang lahir dari Sony Music, sebelum Sheila on 7, rif dan Padi melambung tinggi. Merekalah band yang membawa warna etnik mendayu menjadi komersil, sebelum diikuti Radja, ST12, Ungu, Kangen band, dll.
“Saat mengaransemen musik, saya tidak menjadikan unsur etnik menjadi tempelan. Saya membuat etniknya dulu baru diberi sentuhan modern,” ujar Yudi saat berbincang santai dari Jeruju menuju seberang kota, Tanjung Raya.
Kini Arwana memasuki usia yang ke-25. Suatu bilangan usia yang tidak bisa dikatakan muda. Dalam industri musik nasional, tak banyak band yang mampu mencapainya. Hanya band besar dengan totalitas bermusik dan mempunyai penggemar loyallah yang mampu bertahan. Dewa, Padi, Slank dan… Arwana berada dalam satu barisan tersebut. Membanggakan!
Akhir Oktober ini, syukuran 25 tahun Arwana dikemas khidmat bertajuk Festival Nadi Khatulistiwa. Festival yang dihelat memperingati hari lahir kota Pontianak menjadi ikhtiar Arwana dan teraju.id untuk membangkitkan asa kolektif menghadapi pandemi. Bahwa kita semua yakin: kita mampu melewati krisis ini. Asal bersatu, bersama-sama.
[embedyt] https://www.youtube.com/watch?v=7rPbcy8GgZI[/embedyt]Secara terbuka, Yudi mengungkapkan rahasia Arwana mampu bertahan di industri musik nasional. “Hampir separuh pembeli album pertama itu masyarakat Kalbar. Terima kasih insang Arwana,” ungkap Yudi dengan antusias.
Mampukah mereka mengulang kebangkitan Arwana di tahun 2020 ini, seperti saat krisis 98 yang lalu?
Semoga. Layak kita tunggu.