teraju.id, Pontianak – ICRS bersama British Council dan Kanwil Kemenag Kalbar melaksanakan lokakarya pengayaan tentang wacana agama dan keberagaman di Aula Kanwil Kemenag Kalbar di Pontianak, Selasa (21/8/1972).
Kegiatan ini diikuti oleh penyuluh agama, guru dan tokoh agama di Kalbar. Narasumber lokakarya antara lain Kakanwil Kemenag Kalbar Drs. Syahrul Yadi, M.Si. Direktur ICRS Dr. Siti Zumiyatun dan Dr. Leo Epafras. tentang agama dan internet.
Pada kesempatan itu Syahrul mengingatkan bahwa agama mengajarkan untuk menjaga kedamaian. Agama bukan membuat kacau. Agama membuat teratur, aman dan damai.
Ditambahkan, menolak keragaman berarti menolak kenyataan dan fakta di Kalbar. Kalbar terdiri dari berbagai suku dan agama. Namun Ketua Syuriah NU Kalbar ini juga mengingatkan bahwa dalam keragaman itu ada batasnya. Ada batas antara agama dan budaya yang harus dipahami oleh masing-masing.
Sedangkan Siti mengingatkan peserta untuk membuka diri terhadap lingkungannya. Dengan demikian setiap orang bisa mengenal orang lain dari suku, agama dan kelompok lainnya. Siti kemudian membentuk kelompok peserta dari berbagai agama untuk saling mengenal dan diskusi.
Di akhir sesi, Leo Epafras memaparkan hasil penelitian ICRS tentang agama dan internet. Salah satu pertanyaan mengusik adalah mengapa berita hoax lebih cepat tersebar.
Menurut data warga Indonesia 132 juta lebih pengguna internet (mayantara). Berita hoax mudah tersebar karena pertemanan dengan kalangan sendiri.
Diingatkan juga tentang bisnis internet, judi online, hoax dan pornografi. Oleh sebab itu setiap orang berhati-hati menyebarkan sebuah informasi.
Diskusi juga diselenggarakan untuk membahas sikap peserta terhadap kabar hoax. Peserta juga diberikan pencerahan tentang bagaimana mengenal berita hoax. (y)
ICRS Selenggarakan Lokakarya Wacana Agama dan Keberagaman di Kalbar
Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.