in ,

Doktor, Dokter dan Jalan Rusak Bintang Mas

jalan bintang mas kubu raya

Oleh: Yusriadi

“Bang, dokter kulit di Pontianak siapa ya?”

Pertanyaan Dr. Ismail Ruslan menyeruak di antara deru motor dan perhatian saya pada jalan di depan. Pertanyaan itu tak sempat dijawab.

“Sejak Pak Buchary tidak ada, tak tahu saya. Bang Yus, tahu?”

Peneliti sekaligus dosen IAIN Pontianak melanjut tanya.

Saya tak segera menjawab karena penuaan, lambat mencerna dan lainnya. Maklum, saat itu, tepatnya, sore di bulan Oktober, saya sedang mengendara motor dan fokus melihat jalan di depan yang sangat parah. Jika tak hati-hati bisa menabrak bongkahan semen, batu, atau terperosok lubang.

Lantas, saya menyebut nama dokter kulit seorang perempuan. Saya pernah membawa Mbah dan  anak saya ke tempat praktik beliau.

“Siapa mau berobat?” saya balik bertanya.

“Saya. Pantat lecet dah ni. Ha ha…Besok mau berobat lok”.

Saya ikut tertawa. Rupanya, doktor di belakang saya bercanda.

Tentu saya dapat memaklumi. Jalan yang kami tempuh berlubang dan bergelombang. Aspal terkelupas. Semen retak. Ban kendaraan yang melindasnya setiap saat membuatnya tak berumur. Jangankan yang duduk di belakang, saya yang di depan juga merasa jerih.

Jadi, jika Bang Ismail bercanda soal “penderitaannya” melintas jalan yang kami lewati hari  itu, saya paham. Tapi, kami –hari itu, tidak punya pilihan, harus melintasi jalan ini.

Jalan dari Rasau Jaya ke Bintang Mas memang jalur pilihan untuk sampai ke Kubu. Dari Rasau, belok kanan sebelum pelabuhan. Pada bagian kilometer awal, keadaan jalan cukup bagus. Bagian jalan masih relatif baik. Namun belasan kilometer kemudian, terutama beberapa kilometer sebelum simpang penyeberangan Arus Deras, keadaan jalan rusak parah. Keadaan terlihat semakin parah karena ditimbus tanah. Pada musim hujan begini tanah timbusan itu menjadi lumpur yg membuat jalan licin.

Kami, pulang pergi ke Kubu untuk suatu kegiatan, memilih melalui ruas ini. Sebenarnya ada pilihan dengan motor air, tetapi pilihan itu diabaikan karena lambat. Dengan motor air, perjalanannya bisa 4-5 jam. Sedangkan dengan sepeda motor melalui Bintang Mas, waktunya hanya 2 jam.

Sebenarnya, waktu tempuh bisa lebih singkat lagi. Mungkin setengah jam. Sebab jarak antara  Rasau – Kubu, kurang dari 50 kilometer.

Tetapi karena medannya yang parah, waktu menjadi sangat panjang. Motor tidak bisa dipacu dengan cepat. Duduk di atas motor pun jadi siksaan.

Hanya, saya tak terbayang jika setelah naik motor, seseorang membutuhkan dokter. Yang saya bayangkan, dan saya pikirkan, kapan jalan ini diperbaiki. Kapan pemerintah bisa mengalokasikan dana untuk perbaikannya.

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

teacher

Pahlawan Penindas Ketidaktahuan

IMG 20171129 201757 678

Ketika Sekarung Ubi cuma Rp20 Ribu