Oleh Yuli Priatmidi Sri Ningrum
Saya mengikuti kegiatan ILBI yaitu Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu, pada hari Memperingati Hari Bahasa Ibu International yang diselenggarakan di Pontianak. Peserta ramai pada saat itu.
Saya tertarik pada penggunaan sapaan dalam bahasa daerah.
Pada kesempatan itu salah satu peserta bernama Aris berbicara mengenai bahasa ibu. Dia berasal dari kota Ngabang, yang kebetulan satu daerah dengan saya. Pemuda itu mengatakan bahwa ia adalah anak bungsu. Nama panggilan yang biasa diucapkan oleh ibunya adalah “Ocon”.
Memang benar apa yang dikatakan oleh pemuda itu. Di daerah kampung saya, di Mungguk, Ngabang, masih memakai bahasa ibu untuk memanggil nama panggilan dari masing-masing anak.
Karena di sana orang bersuku Melayu, banyak dari ibu memanggil anaknya dengan nama panggilan seperti “Along” untuk anak pertama, “Alu” untuk anak kedua, “Andeng” untuk anak ketiga, “Angah” untuk ke empat, dan sampai pada anak bungsu yaitu “Ocon”.
Memang lucu kedengarannya. Tetapi itu sangat unik bagi diri saya. Karena dengan adanya panggilan bahasa ibu untuk anaknya, akan mempermudah memanggil nama saat aktivitas sehari-hari.
Saya sangat bangga dengan kekhasan nama panggilan di daerah saya sendiri. Sampai saat ini nama itu masih dipakai.
Ketika memanggil saudara kandung ataupun yang bukan saudaranya, bukan saja untuk anak-anak, bahkan sampai pada warga tua seperti ibu dan bapak-bapak yang ada di sekitar daerah tersebut, memanggil dengan sebutan nama “Ua’”. Ua’ ialah nama panggilan sehari-hari yang digunakan anak-anak untuk menyapa orang yang lebih tua. (*)