in

Pelayanan Provider Internet di Pontianak

IMG 20180123 162629 405

Oleh: Agung Yuliansyah

Sekitar pukul 12.30 WIB, sampailah saya di tempat salah satu provider yang menyediakan layanan Internet.

Tujuannyauntuk membayar tagihan internet dan memutuskan telepon. Yaa memang telepon di rumah saya jarang dipakai, jadi, daripada mubazir bayar terus namun gak kepakai, lebih baik diputuskan. Dan untuk itu, saya memutuskan pergi ke Service Centernya provider penyedia internet tersebut.

Begitu saya masuk, saya dikejutkan dengan fasilitas yang sedikit berubah, yaitu pintu yang otomatis tertutup dan terbuka. Setelah masuk, saya ditanya akan keperluan saya dan diberi nomor urut tunggu yang layanannya sesuai dengan kebutuhan saya. “A 92?” Wah ini lama banget. Tapi mungkin palingan cuman bentar.”, pikir saya setelah melihat urutan saat ini, yaitu A 54.

Sambil menunggu, saya membuka buku saya, dan membaca buku favorit saya, ‘A Brief History of Time’, karya fisikawan Stephen Hawking. Ini merupakan nasihat dari dosen favorit saya di kampus, bahwa waktu untuk menunggu seharusnya dimanfaatkan untuk mengisi hal-hal yang produktif seperti membaca, dan manulis.

Berjam-jam telah berlalu, hingga pukul 14.40, saya memperhatikan para pelanggan lain yang sama senasib dengan saya, menunggu gilirannya untuk dilayani mulai gusar. Ada yang tertidur di sofanya, ada yang mondar-mandir kesana kemari, dan lain seterusnya. Hingga, seorang bapak-bapak di sebelah saya mulai mengutarakan kekecewaannya kepada saya, membuka percakapan.

“Ini sudah terlalu lama saya menunggu. Harusnya, sebagai Badan Usaha… lebih mengutamakan pelayanan kepada masyarakat. Masa nunggu sampai berjam-jam gini.” katanya.

Setelah kulihat, memang yang melayani kami hanya tiga orang saja. Padahal, tempat yang disediakan untuk melayani berjumlah lebih dari lima. “Di mana yang lain?”. gumamku.

Dari tadi, dari awal saya masuk, hingga sekarang, baru sampai urutan 72. Itupun banyak nomor urut yang tidak ada, karena mungkin sudah pulang lebih duluan. Yang saya hitung, kemungkinan baru 5-7 orang yang dilayani, dari pukul 12.30, hingga 14.40 an.

Saya pun hanya mengiyakan saja. Hingga pukul 16.00 WIB, akhirnya giliran saya dipanggil. Yaa, urutan A 92 dari urutan A 54 sewaktu saya datang. Saya pun dipersilahkan duduk dan mengutarakan kebutuhan saya.

“Tidak bisa Mas. Telpon tidak bisa diputus. Karena telpon merupakan layanan utama kita.” Kata mbak-mbak yang melayani saya.

Tentu saja saya kaget, karena sebelumnya, saya telah menelpon call center mereka yang di Jakarta sana, bahwa mereka mengatakan bisa diputus, dan butuh waktu sebulan. Jadi nanti hanya bayar internetnya saja Rp. 250.000,-, telponnya gk usah. Begitu saya sampaikan apa yang telah disampaikannya kepada mbak-mbak di depan saya, dia tetap bersikeras mengatakan tidak bisa diputus.

Akhirnya, saya pun pulang dengan rasa kecewa. Saya dibuat menunggu berjam-jam, hanya untuk pulang tak menuai hasil yang saya harapkan. Yang membuat saya kecewa yaitu tidak sinkronnya apa yang telah dikatakan oleh service provider pusat, dengan yang di sini. Yang di sana bilang bisa, yang di sini bilang tidak bisa.

Saya pikir, ada benarnya juga kata bapak tadi. Bahwa, sebagai BUMN, seharusnya pelayanannya lebih maksimal. Jangan sampai, yang saya alami juga di alami oleh yang lain. Menunggu berjam-jam, namun tidak mendapatkan apa-apa.
(*)

Written by teraju

IMG 20180123 161725 642

Ketika Ayah Tiada

IMG 20180123 WA0047

Si Manusia Trailer