Oleh: Farninda Aditya
“Ade buku baru agik,” kata Emak.
Saya heran maksudnya. Sambil memegang buku Judul Cerita tentang Ninda, terbitan STAIN Pontianak Press, Emak menyampaikan kalimat tersebut. Tentu saya bertanya maksudnya.
“Ade dapat buku Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, tadik. Untuk Besok.” Saya paham!
Emak mengabarkan, setelah selesai membaca buku yang baru saja ditamatkannya itu, Emak akan memulai bacaan baru. Buku Karya Buya Hamka. Sebelumnya, Emak pernah bercerita tentang buku Buya Hamka lainnya, Di Bawah Lindungan Ka’bah. Buku punya Datok. Emak bercerita singkat tentang kisah cinta Hamid dan Zainab yang pernah dibacanya, duluuuuuuuu sekali.
“Hamid tu orang misken, Zainab tu kaye. Hamid tu dibantuk orang tue e Zainab. Die beduak tu kawan-kawan maen maseh kecik. Lamak-lamak suke.”
Emak pun menyebutkan pula, belum membaca buku Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck. Saya mengaku memiliki buku itu dan sudah nonton versi film layar lebarnya. Sayangnya, saya tak ingat persis menyimpannya di rak yang mana.
“Orang pintar Hamka tu, jaman dolok jak bise buat cerite macam itu,” kesannya.
Membahas tentang Hamka bermula Emak membaca buku Ibuku di Surga karya Koesalah Soebagyo Toer yang baru saja dikirim dari Penerbit Pataba. Buku tersebut seminggu kiranya dihabiskan Emak. Emak tertawa-tawa membaca buku tersebut, beberapa hari ia menceritakan kembali buku tersebut.
“Ade cerite e tu, Emak e tu meninggal, teros anak e heran ngape rumah e ramai. Jawablah Bibik yang baek tu, “Ibumu telah di Surga. Itulah yang jadi judul buku itu,” ceritanya saat saya sedang menyuci baju.
Sebelum membaca buku Ibuku di Surga, Emak baru tamat membaca buku Upacara Adat Suku Adat dan Melayu di Kalimantan Barat untuk Kelas 2 SLTA. Buku itu sengaja dibawanya dari rumah untuk ia baca di rumah adiknya. Bahkan, di tas Emak memang sudah ada buku tentang Ust. Sabran, seorang mualaf yang menyeritakan keberislamannya. Buku itu dibawa dari rumah di kampung sana.
Sudah 2 minggu Emak di rumah. Sudah 2 buku yang saya lihat dibacanya.
Pertama, 99 Nasihat Dahsyat Nabi untuk Wanita. Kedua, Cerita tentang Ninda. Pada kunjungan sebelumnya, Emak juga membaca Ilmu Gaib Kalimantan Barat.
“Pedas mate, lupak bawa kacemate,” ujarnya.