in

MENGAPA SAYA MENULIS BIOGRAFI?

WhatsApp Image 2020 09 22 at 04.52.59

Oleh Masri Sareb Putra

launching pas BD sang tokoh: 27 September 2020. Buku ke-103,
terbilang sejak buku perdana (novel), 1987.
*
Saya senantiasa suka menulis biografi.

Bukan saja karena mendapat faedah dari sisi finansial, melainkan juga manfaat spiritual, dan intelektual sekaligus. Merasa sebagai orang paling beruntung. Sebab mendapat lebih dahulu inspirasi, motivasi, dan pengalaman hidup langsung dari sang tokoh. Bahkan, ketika pertama berjumpa, untuk membuka maksud dan rencana menulis, saya telah menimba kekayaan air hidup dari sumur sang tokoh.

Oleh sebab itu, siapa pun yang ingin, dan minta dituliskan biografi, saya kabulkan. Saya lakukan dengan sepenuh hati, menjiwai, secermat mungkin, dan bertumpu pada mutu. Setidaknya, dengan standar Gramedia, dari berbagai aspek. Bahkan, beberapa biografi telah pun masuk Amazon, jagad maya kelas dunia, yang dapat diakses lewat Google Playstore.

Seperti profesi lain, misalnya dokter atau arsitek, yang tidak bisa dan tidak dapat memilih klien, demikian pula penulis biografi. Siapa saja akan saya tuliskan biografinya. Tidak peduli tokoh terkenal, atau rakyat jelata. Apalagi seorang tokoh baik, lagi inspiratif.

Sebagai penulis, tidak ada urusan dengan baik buruk, atau lika-liku kehidupan seorang tokoh. Dalam suatu kesempatan, agak vulgar saya pernah berkata, “Setan sekalipun, jika dia minta, saya akan tuliskan biografinya. Apalagi orang baik-baik.”

Tugas penulis hanya satu: menulis dengan baik dan benar sekaligus berdaya pikat. Makna “baik dan benar” kiranya terang benderang!

Tidak usah di sini membilang, sudah berapa buku biografi yang saya tulis dan terbitkan. Hal itu hanya akan membuat saya menjadi kecil lagi ciut di muka seorang, misalnya, Albertine Endah. Atau penulis biografi kelas dunia, seperti: Suetonius, James MacGregor Burns, Bushrui, Bernstein, Bergdahl, atau Samuel Johnson. Siapa mereka, silakan tanya mbah Google!

Dalam pengantar singkat untuk biografi-profesional Norhayati Andris ini saya hanya ingin berkata: Biografi siapa pun, pasti berguna, asalkan hati dan pikiran kita jernih membacanya. Setiap pengalaman adalah guru terbaik. Dan masing-masing orang punya kisahnya sendiri, yang unik. Apalagi, jika itu biografi orang sukses.

Biografi ini intinya mengisahkan anak kampung nun jauh di perbatasan, berusaha keluar dari berbagai kemelut keterbelakangan dan kemiskinan. Seorang anak kepala SD dari Apo Daa’ yang hidup ugahari dan serba-susah pada mulanya. Kemudian, sekolah ke kota bersama saudara-saudaranya. Jauh dari asuhan dan pantauan orang tua. Tidak ada uang saku. Makan seadanya. Namun, yang kemudian bisa keluar dari berbagai hambatan.

Dalam hal ini, benarlah ungkapan guru bangsa, Ki Hadjar Dewantara. Bahwa, “Sekolah adalah semua tempat. Dan guru adalah setiap orang.”

Perempuan dari trah Kenyah dengan nama panggilan “Ati” ini tiada hentinya belajar. Ia sadar, sekolah bisa tamat, tapi belajar sepanjang hayat. Menariknya, “hanya” mengantongi ijazah SMA, ia terjun ke kancah politik, yang dikenal sebagai arena yang panas, penuh dengan intrik, dan katanya “licik”. Nyatanya, Ati bisa sukses di bidang ini. Ia bahkan tiga periode menjadi wakil rakyat. Periode pertama di tingkat kabupaten. Naik ke aras yang lebih tinggi lagi. Periode kedua dan ketiga menjadi wakil rakyat di Provinsi. Bahkan, yang mengejutkan, ia menajdi ketua DPRD Provinsi Kalimantan Utara. Suatu capaian yang mencengangkan.

Semuanya itu pantas untuk dituliskan. Sebagai sumber motivasi, sekaligus inspirasi.

Membaca dan mencermati kisahan anak desa daerah terpencil perbatasan dan perjuangan hidupnya ini, kita seperti membaca kisahan sebuah novel. Tapi, sungguh itu fakta kehidupan yang dialaminya. Jalan sukses yang dilaluinya tidak mudah. Tak ubah seperti giram-giram Sungai Kayan dan terjalnya lembah dataran tinggi Borneo.

Terlahir sebagai anak peladang, Ati kecil pun ikut orang tua berladang. Bahkan, ikut nginap di huma (orang Iban bilang: langkau huma). Jauh dari kampung. Hidup di tengah hutan belantara, dalam keheningan alam dataran tinggi Borneo.

Ketika menanjak dewasa, Ati bekerja, turut meringankan beban orang tua. Ia mencari kayu bakar ke hutan. Membawa dan memikulnya sendiri ke rumah untuk keperluan menanak dan memasak keluarga.

Kita menemukan “jalan sukses”, yang tidak mudah dan penuh perjuangan itu, dalam narasi yang dikemas dengan gaya bercerita.

Seperti ditegaskan Burke Hedges, penulis buku Read & Grow Rich (2000). ”If You want to be successful, You have to do what suscessful people do. And the things successful people do is: Read and Grow Rich.”

Kita dapat memotong kurva belajar dari orang sukses. Melalui membaca dan menimba dari menu gizi buku ini salah satunya.

Selamat membaca dan belajar!

Jangkang – Jakarta, September 2020

Written by teraju.id

Satu Bahasa, Satu Keluarga, Lima Suku Bangsa

Satu Bahasa, Satu Keluarga, Lima Suku Bangsa

subuh menggapai berkah

Jangan Berselisih, Hindari Perdebatan, Ada Jaminan Surga