Oleh: Leon Zoltan Benhard Waltermann *
Pada hari Senin saya berkenalan dengan tetangga. Mereka mahasiswa di Pontianak yang belajar ilmu pertanian atau agronomi. Mereka mengajak saya makan buah mirip dengan durian, yakni pekawai.
Pak Nur bilang buah ini disebut “brother of durian”. Ia lebih kecil daripada durian dan berwarma oranye di dalamnya. Pekawai enak juga.
Pada malam hari Pak Nur dan Bu Dwi mengajak saya ikut ke acara ulang tahun keluarga. Tepatnya tante Pak Nur ibu Talaha. Kami pergi ke restoran ayam Dadakan.
Arti kata “dadakan” mirip dengan kata “tiba-tiba”. (Ayam dadakan mungkin berarti, bahwa jika memesan ayam, maka pesanan itu akan selesai cepat alias tiba tiba.)
Pada hari berikutnya saya menemukan daftar kosakata di internet. Daftarny berisi 700 kata. Selama minggu minggu berikutnya saya mau belajar kata kata semua. Pada siang saya mulai belajar. Untuk istirahat makan saya ikut Kak Beng ke warung dekat lokasi menginap.
Pada hari Rabu pagi saya pindah ke kamar yang baru. Setelah itu saya dan Kak Febri memesan makanan untuk sarapan pagi. Saya makan bubur ayam. Dia makan lontong sayur. Ketika kami selesai makan, kami membantu merapikan buku-buku di perpustakaan. Pada jam 12 saya beraktivitas menemani Kak Dery ke mal untuk beli tiket bioskop. Kemudian kami beli ayam geprek bungkus, makan di rumah dan istirahat.
Lalu kami kembali ke mal, bertemu dengan teman Dery dan menonton film Black Panther bersama sama.
Dari hari Rabu sampai hari Kamis Kak Dery tidur di Kampoeng English Poernama (KEP) tempat saya menginap. Dia mengajar saya Bahasa Melayu dan saya mengajar dia Bahasa Jerman. Kami berencana memasak makanan dari Indonesia dan Jerman keesokan harinya.
Jadi hari Jumat saya bangun awal utuk pergi ke Pasar Kemuning. Di situ kami berbelanja bahan bahan untuk Cah Kangkung dan Kartoffelpuffer.
Kartoffelpuffer makanan dari Jerman yang terbuat dari kentang, bawang bombay, telur dan tepung. Kak Vilda ikut membantu memasak. Setelah makan kami belajar Bahasa Jerman dan Bahasa Melayu. Pada malam harinya saya dan Kak Dery ingin mencari durian, tapi tidak ada lagi, karena musim durian hampir berakhir. Kami beli martabak yang disebut apam pinang di Pontianak.
Hari Sabtu saya ikut Kak Vilda bertemu dengan temanya. Kami pergi ke rumah temannya untuk makan. Kak Vilda mengajak saya pergi ke pernikahan adik temannya. Budaya pernikahan di Indonesia berbeda dengan pernikahan di Eropa. Di Eropa pernikahan hanya untuk keluarga dan teman dekat. Di Indonesia acara itu untuk teman semua sehingga menjadi lebih besar. Sebelum pergi ke sana saya pakai baju batik dulu. Di situ saya makan sate pakai lontong.
Pada hari Minggu saya ikut Kak Dery untuk mengajar di panti asuhan. Saya senang bertemu dengan anak anak di sana. * (Catatan harian mahasiswa Hamburg University yang sedang magang bahasa dan budaya di Kota Pontianak)