Oleh: Turiman Fachturahman Nur
Kalimat tanya itu sering terdengar saudara saudara saya dari Tionghoa ketika ditanya di bandara Soekarno Hatta? Nak kemane ? Nak balik ke Pontian, Lalu apa sih makna Pontian itu, berikut ini sekelumit nafak tilas jejak Kota Pontianak tidak terlepas dengan keberadaan Istana Kadriah Kesultanan Pontianak, jika menelusuri penamaan kota Pontianak, salah satu sumber yang valid berasal dari keberadaan nama ‘pohon punti’. Penyebutan pohon punti, sebagai bukti sejarah keberadaannya termaktub pada baris keempat belas surat antara Husein bin Abdul Rahman Al-Aidrus (rakyat negeri Pontianak) kepada Sultan Syarief Yusuf Al-Kadrie.
Tertulis :
Maka di dalam itu watasan telah ada juga pohon-pohon hamba
tuanku yang sudah bertanam memang disitu, embawang ada 3
dan rambai 8 dan keranji 2, dan buluh 7 rumpun dan pohon punti 1 dan pohon kandis 1 dan beberapa pula sagu yang hamba tuanku tanam di dalam sungai itu ada 6 rumpun yang besar dan yang kecil ada lebih kurang dari tiga ratus batang.( Henry Chambert Loir. Sultan, Pahlawan dan Hakim, 2011, hal107).
Kata ponti bersumber dari kata pon dan ti yang berarti ‘pohon tinggi’. Tentu sangat beralasan, sebagai kawasan yang ada di pulau Kalimantan tentunya di daerah ini dulunya banyak terdapat pohon-pohon yang tinggi. Ponti untuk Pohon Tinggi juga menjadi sesuai dengan manifestasi Pohon Puntian diatas . Orang tua-tua bilang pohon ini tinggi dan besar walau tidak juga menjadi besar sekali. Penyebutan pontianak pun bagi sebagian masyarakat di tepian sungai Kapuas Kecil dulunya hingga sebagian sekarang ini dengan sebutan puntianak.
Ada sumber lain bahwa kata Pontianak, juga dapat berasal dari kata Pontian. Nama Pontian sendiri adalah pelafatan dari kata perhentian. `PERHENTIAN’ yang bermaksud dengan tempat persinggahan. Hal ini juga sangat beralasan, karena delta Sungai Kapuas dan Sungai Landak ini sangat strategis sebagai jalur perdagangan dari hilir (luar Kalimantan) sebelah barat daya menuju hulu (pedalaman), Ilustrasi sederhananya adalah setelah kapal-kapal tersebut mengarungi laut, kemudian masuk ke muara sungai dan beristirahat sejenak di daerah ini. Sebelum kemudian melanjutkan perjalanan lebih kepedalaman, dan itu ditandai dengan pelabuhan Senghi.
Istilah Pontian ini juga tersitir di negeri seberang, salah satunya daerah di Negeri Johor, Malaysia. Terletak 62 kilometer dari Johor Bahru, ibu kota negeri Johor. Ibu kotanya disebut Pontian Kecil. Daerah Pontian, dari kata pada Pontian “perhentian’ ini merupakan sebuah tanjung yang digunakan sebagai daerah perhentian kapal-kapal pedagang yang hendak berlindung dari badai dan ombak besar. Didalam negeri sendiri juga terdapat di kecamatan Lubuk Batu Jaya Kabupaten Indragiri Hulu, Riau, Indonesia, disana terdapat nama desa Pontian Mekar.
Sumber lain kata Pontianak dalam pelafalan bahasa Mandarin adalah Kun Tian (kun tien, dalam pelafalan Hanyu Pinyin. kūn diàn dalam bahasa mandarin). Kata kun tian dapat diartikan dengan ‘tempat perhentian; persinggahan’. Dialek pelafatan kun tian bagi sebagian besar masyarakat Tionghoa biasanya ada sedikit penambahan lafadz tanpa menambah arti, hanya sebatas dengung kata terakhir saja. Seperti; tak ada uang (nga), naik oto (aa), (a), begitu juga kun tian (na). Dari pelafadzan inilah kemudian menjadi Pontianak. Sampai sekarang pun sebagian besar orang tua-tua dari masyarakat Tionghoa masih menggunakan Kun Tian untuk menyebutkan Pontianak. Misalnya jika mereka ditanya ‘mau kemana?’ Kemunginan dia akan menjawab ‘ke Pun Tian’ (na), jika dari sisi geografi asal mula kata Pontianak berasal dari kata Pintu Anak. Yang dimaksudkan daerah ini sebagai pintu dari dua anak sungai. Yakni sungai Kapuas dan sungai Landak.
Terlepas dari itu semua tahun 1771 kota Pontianak berdiri dan disepakati 23 Oktober 1771 sebagai hari jadi Kota Pontianak yang didirikan oleh Sultan Abdurrahman Alkadrie yang merupakan buyut, dari Sultan Hamid II sang perancang Lambang Negara RI, video ini adalah nafak tilas jejak tempat kelahiran Sang Perancang Lambang Negara RI Elang Rajawali Garuda Pancasila dan kita menemui kerabat tertua Sultan Hamid II, kami menyebut Tante Hirda yang masih ingat dengan Sultan Hamid II dan bagaimana “kejamnya” Tentara Angkatan Laut Jepang menghabiskan kerabat Kesultanan Pontianak, dan Alhamdulillah Sultan Hamid II terselamatkan Krn di Jakarta, namun ayahndanya Sultan Hamid II yang mulia Sultan Muhammad Alkadrie Sultan ke 6 menjadi “korban keganasan Jepang” dan baru tahun 1946 jenazah beliau diketemukan atas info hamba Allah (orang Bugis) yang mengetahui keberadaan jasad beliau dan diketemukan di pekuburan kristen dan subahanallah diketemu dalam keadaan utuh padahal dibunuh Jepang tahun 1944 dan kemudian oleh Sultan Hamid II dititahkan untuk dibawa ke Istana kesultanan Pontianak atau istana Kadriah peristiwa ini membuat geger Pontianak ketika itu dan sampai saat ini beliau dimuliakan sebagai “wali Allah” ahlul bait Rasulullah dan itu dipercayai oleh lintas etnis, jika kita berkunjung ke istana Kadriah masuk sebelah kanan ruang dalam singasana adalah kamar Sultan Muhammad Alkadrie dan sultan yang fhotonya lengkap adalah beliau disamping Sultan Hamid II sebagai putra mahkota yang kemudian kelak menjadi Sultan ke VII, dan semua terpaparkan dalam jejak sejarah kota Pontianak, sebagai upaya menelusuri JEJAK SEJARAH TEMPAT KELAHIRAN SULTAN HAMID II, selamat berada pada posisi kode area 0561!!!(foto dok internet)