Oleh : Khatijah
Berisik kipas angin, riuh suara printer, suasana tegang hati kembali menyeruak, lagi-lagi kebiasaan Club Menulis menuju launching disibukkan dengan persiapan. Tapi kali ini tidak terlalu terburu-buru karena memang tak banyak ikut berpartisipasi tak perlu aku jelaskan kenapa tidak ikut launching, toh Club Menulis tak menyukai alasan kenapa tidak menulis, apalagi jika alasan tersebut sibuk, belum sempat. Hah semua alasan itu memang sangat konyol jika terlontar dari mulut kami, siap-siap saja mendengar jawaban “Ehh, tak ade sibuk-sibuk”.
Kali ini ruangan tidak dipenuhi dengan cover buku baru, melainkan kotak kue yang baru selesai kami bentuk yang sengaja disusun di rak buku yang sudah sangat kelihatan tua. Sepulang dari kantin, aku dan Novie melihat Kak Desi yang masih sibuk dengan desain balehonya, Pak Yus yang sibuk dengan printer, dan Bang Man yang baru datang membeli air minum untuk hari Senin.
“Ta Novie, ade pekerjaan baru,” ujar Bang Man menunjukkan kotak air minum. Aku dan Novie hanya menoleh dan mengganguk karena telah mengerti pekerjaan baru yang dimaksud Bang Man. Tak lama kemudian aku dan Novie mengambil posisi yang aman untuk mengerjakannya.
“Man cobe beli kue Man. 3 ke 4, 5, 10,” ujar Pak Yus menunjuk kotak kue yang berjejer di rak buku. Dengan sangat antusias Bang Man menanggapi ucapan bapak, segera ia ke kantin membeli kue serba seribu (serbu) di kantin Devina.
Beberapa menit kemudian Bang Man datang.
“Haa, mane Novie, cobe lok,” ujar Bang Man yang sudah kembali membawa 2 kantong kue. Kak Desi dengan segera memberikan kotak kue yang berada di belakangnya. Novie juga dengan sangat bersemangat memberikan aqua gelas ke Bang Man, aku masih tetap stay di tempat duduk menggunting sedotan aqua.
“Haa, pas Pak,” ucap Bang Man.
“Astaghfirullah allazim,” terdengar suara Pak Yus, aku mulai menahan tawa.
“Ade ape Pak?”
“Saye tahu bah ukuran kotak tu bise masuk 3 sampai 4 kue,” kalimat Pak Yus.
Yangsemakin membuat ketawaku meledak. Ketawa kami memenuhi ruangan Club, berbagai alasan yang dilontarkan Bang Man untuk menghindari kesalahannya. Kami tak peduli tawa tetap menghiasi mulut kami. Entah apa yang dipikirkan mereka ketika mencoba kotak itu, bagaimana tidak mengocok perut bukankah ukuran kotak itu sudah diukur sesuai oleh para pembuat kotak. Aku tak habis pikir bagaimana jika kue yang dibeli Bang Man tidak cukup ke kotak, apa mungkin kotak yang telah kami bentuk harus dikembalikan lagi?, atau dengan mudahnya Bang Man mengecilkan bentuk kue ?
Kurang fokus memang selalu membuat pikiran tak di tempat.
Pontianak, 26 Januari 2017