teraju.id, Kuala Lumpur— Menjadi salah satu dari 33 perwakilan Indonesia dalam ASEAN Islamic Student Summit 2017, memberikan Naurah Atqiyah atau yang akrab disapa Rara, mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Tanjungpura pengalaman yang sangat berharga. Program yang disokong oleh AFSEC dan Jamaah Shalahudin Universitas Gajahmada diadakan di International Islamic University of Malaysia, Kuala Lumpur pada 21-24 September 2017.
Berbagai rangkaian kegiatan dilakukan selama kurang lebih empat hari. Tidak hanya sekedar konferensi, tetapi juga kunjungan ke banyak tempat di Malaysia. Tempat-tempat yang dikunjungi seperti, Malaysia Islamic Museum Art. Di sini Rara dan rombongan belajar tentang sejarah Islam yang ada di Malaysia. Selain itu, rombongan juga mengunjungi Museum Perbankan Malaysia, Twin Tower, Malaysia Tourism Center, dan banyak tempat lainnya.
Kunjungan ke Malaysia Tourism Center membuat Rara sangat terkesan. Di sana, Rara dan peserta ASEAN Islamic Student Summit lain disuguhkan berbagai macam budaya Malaysia, seperti kesenian daerah, tari-tarian serta musik khas yang kental akan budaya melayu. Meski hanya kunjungan singkat selama kurang lebih satu jam, Rara melihat kedamaian atas perbedaan budaya yang ada di Malaysia.
“Yang paling unforgettable itu ketika di Malaysia Tourism Center, nah di sana Rara jadi mengenal berbagai kebudayaan Malaysia seperti tarian khas serta musik yang kental budaya Melayu, kan mereka (orang-orang Malaysia) bilangnya Malaysia is truly Asia,” ungkap Rara sangat antusias.
Rara memetik pelajaran bahwa orang-orang Malaysia yang meski tidak semua warganya Muslim tetapi beberapa hukum Islam diterapkan di sana, seperti potong tangan, sehingga tingkat kriminalitas terbilang minim.
Selain itu, Rara juga belajar tentang pembagian bangsa Malaysia menjadi tiga bagian yaitu Bangsa Melayu, China dan India. Meski mereka berbeda tetapi tetap hidup rukun serta adem ayem.
Selain melakukan kunjungan, ia juga bertemu orang-orang baru dan membahas berbagai isu keislaman di ASEAN, seperti bagaimana mahasiswa muslim memanfaatkan media social dengan baik, isu persaudaraan di dunia khususnya ASEAN, serta membahas pula tentang Rohingya, dan bagaimana menjadi generasi muda yang bermanfaat mulai dari diri sendiri dan dapat mengubah dunia. Pertemuan tersebut dihadiri juga Ustadz Hanan Attaki dan beberapa dosen dari Islamic University of Malaysia. (Mia)