teraju.id, Rumah Melayu–– MABM dan 22 paguyuban yang ada di Kalimantan Barat berdiskusi perihal Papua, di Rumah Melayu, 4 September 2019.
Terdapat beberapa pokok pikiran di antaranya, Papua itu bagian dari kita, Bangsa Indonesia, pembangunan juga harus sama dengan daerah yang lain.
Selain itu, banyak terjadi pergejolakan di Papua saat ini yang dipicu kasus rasisme yang terjadi di Malang dan Surabaya. Menanggapi hal tersebut, Prof Dr Chairil Effendy angkat bicara. “Soal rasisme itu, tidak boleh terjadi pada siapapun, negara kita kan sejak awal terbentuk sebagai negara bangsa, yang pertama dan utama itu karena berkah Allah SWT. Oleh karena itu, kita harus syukuri betul berkah ini dan kita jaga kesatuan NKRI ini sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan rasa terima kasih kita kepada para pejuang bangsa yang telah mengorbankan jiwa dan raganya untuk kemerdekaan Bangsa Indonesia,” ujar Ketua MABM Kalbar tersebut.
Beliau juga mengungkapkan sebagai anak bangsa kita harus saling menghormati, tidak boleh ada ucapan dan tindakan yang sifatnya stereotip, melecehkan, menzalimi kelompok bangsa yang lain. Dalam kasus Papua, beliau juga mengharapkan adanya pembelajaran multikultural di semua jenjang pendidikan agar generasi muda kita terbiasa hidup dalam keberagaman.
Tak hanya itu, beliau juga memberikan pesan kepada mahasiswa Papua yang menempuh pendidikan di Kalimantan Barat khususnya di Pontianak, “Kalian belajarlah dengan baik, kalian disini Insyaallah terjamin dengan baik, karena masyarakat Kalimantan Barat selalu welcome terhadap saudara yang datang dari luar pulau Kalimantan.”
Chairil meyakinkan masyarakat Papua untuk tidak perlu khawatir mengalami tindakan sebagaimana yang terjadi di Malang dan Surabaya. Karena sejatinya yang terjadi di sana juga karena direkayasa oleh pihak tertentu sehingga terjadi kerusuhan yang tidak kita kehendaki.