Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama kembali mengkritik kandidat calon presiden Partai Republik, Donald Trump. Obama mengecam anti-intelektualisme dalam kampanye Trump dan menekankan bahwa ketidaktahuan bukanlah kebajikan.
Dalam pernyataannya saat upacara kelulusan Universitas Rutgers di New Jersey, seperti dilansir AFP, Senin (16/5/2016), Obama tidak menyebut langsung nama pengusaha real estate asal New York tersebut. Namun sangat jelas pernyataannya ditujukan pada kandidat capres yang maju dengan slogan ‘Make America Great Again!’ tersebut.
Di hadapan mahasiswa yang lulus, Obama meminta rakyat AS tidak terobsesi pada tahun keemasan AS di masa lalu. “Masa lalu tidak semuanya baik,” sebutnya, merujuk pada masalah diskriminasi rasial, kemiskinan dan ketidaksetaraan untuk kaum perempuan.
“Dunia saat ini lebih saling terhubung daripada sebelumnya dan sekarang menjadi semakin terhubung semakin hari. Membangun tembok tidak akan mengubah hal ini,” ucap Obama, yang jelas diarahkan kepada Trump yang selama ini menyerukan pembangunan tembok perbatasan antara AS dengan Meksiko demi menjauhkan imigran ilegal.
Lebih lanjut, Obama menekankan, tidak ada tembok yang bisa menghentikan penyebaran penyakit menular seperti Ebola dan Zika. Keberadaan tembok perbatasan juga tidak akan membuat AS tetap kompetitif dalam era globalisasi.
“Kita bisa membangun tembok tiada akhir di sepanjang perbatasan kita dan menyalahkan setiap tantangan yang ada pada imigran, hal itu jelas bertentangan dengan sejarah kita, sementara dunia semakin membaur,” cetus Obama.
“Itu bertentangan dengan bukti bahwa pertumbuhan dan inovasi dan dinamisme kita selalu dipercepat oleh kemampuan kita untuk menarik setiap pihak yang berbeda pendapat dari seluruh dunia,” imbuhnya.
Obama juga mengecam gaya para politikus yang seolah-olah menahan diri. “Dalam politik dan kehidupan ini, ketidaktahuan bukanlah kebajikan. Tidak keren untuk tidak tahu apa yang Anda bicarakan. Itu bukan menantang political correctness. Itu jelas Anda tidak tahu apa yang Anda bicarakan,” tutur Obama. (KOMPAS)