teraju.id-VOA— Menyikapi perkembangan Myanmar pasca kudeta militer, Nasir Zakaria, diaspora Rohingya di Chicago, berharap yang terbaik untuk Myanmar. Meski ia masih kecewa atas sikap Aung San Suu Kyi saat memerintah Myanmar. “Tanpa demokrasi nasib warga Rohingya bakal semakin buruk,” ujarnya.
Gregory Poling, analis berkebangsaan Amerika, menyoroti asas non-intervensi ASEAN yang membuat ASEAN tak bergigi mengatasi kemelut di negara anggotanya.
Yang paling realistis, menurutnya, ialah perusahaan swasta di Singapura dan Thailand menarik kerjasama investasi dengan militer Myanmar. Saat ini, Singapura merupakan sumber terbesar investasi di Myanmar. Selama tahun fiskal 2019-2020, 20 perusahaan Singapura menanamkan modal sekitar 1,85 miliar dolar.
Meski demikian, ia masih sangsi apakah divestasi dapat menekan junta militer, terlebih sanksi sebelumnya pada tahun 1990 hingga awal tahun 2000-an juga tak membuat junta militer melepas kekuasaan.
Tetapi tetap saja, tegasnya, tekanan tetap perlu diberikan. “Yang paling penting bagi Indonesia ialah menunjukkan kepemimpinannya. Demi Indonesia dan Asean.” pungkasnya.