teraju.id, Pontianak – Klir soal “pemulangan” ulama Front Pembela Islam (FPI) Ustadz Shabri Lubis dan Hidayat Batangtaris, anggota DPRD Kalbar mempertanyakan sikap Kapolda terhadap pidato Gubernur Kalbar saat acara Naik Dango di Kabupaten Landak dimana diduga berisi ujaran kebencian (hate speech).
Kapolda Kalbar, Brigjen Pol Erwin Triwanto yang menerima kehadiran para wakil rakyat, Senin, 8/5/17 mengaku belum mendengarkan isi pidato yang viral di media sosial tersebut. Namun mantan Kapolda Kalimantan Selatan tersebut mempersilahkan apabila ada warga yang merasa bahwa isi pidato Gubernur Kalbar ada ujaran kebencian untuk dapat membuat laporannya kepada Polri sesuai hukum yang berlaku.
Pidato Gubernur Cornelis yang viral di media sosial itu berdasarkan rekam jejak di YouTube pertama kali diunggah oleh An-Channel Tv seminggu yang lalu berdurasi 249 detik dan telah ditonton oleh 62.916 kali. Di laman YouTube tersebut tampak pesan pengunggah sebuah kalimat berikut: Tonton sampai habis ya, kita satu hati Pak, pidato dari Gubernur Kalbar Cornelis “Kalau RIZIEQ datang ke Kalbar USIR”. Dan sampai Selasa, 9/5/17 vidio tersebut tidak dihapus oleh pemiliknya.
Selain vidio An-Channel Tv, juga ada tayangan serupa, ditonton 6.375 kali. Vidio ini diunggah oleh Arie Bj Channel dengan penambahan slide pembuka, hingga kata “mempersembahkan”. Tanda publikasi tertera tanggal 3/5/17.
Jika disalin ke dalam teks tertulis, maka isi pidato Gubernur Drs Cornelis, MH tersebut sebagai-berikut: “…Negara ini bukan berdasarkan agama. Bung Karno bersama dengan pejuang-pejuang itu. Berdasarkan pulau-pulau yang ada. Suku-suku yang ada. Makanya idiologinya adalah Pancasila. Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda, tetapi satu bapak-ibu dan saudara-saudara sekalian.”
“Di Jawa itu penduduknya sekian ratus juta, tidak semua Islam. Dan tidak ulama itu sebejad Rizieq itu. Islam itu tidak seperti yang Rizieq tawarkan dengan Tengku Zulkarnaen itu. Kalau dia datang ke tempat kita di Kalimantan Barat, usir! Saya jadi provokatornya.”
“Saya adalah pembina politik dalam negeri. Kalau ndak percaya, tanya sama Pak Jaksa, tanya sama Pak Hakim, tanya sama Pak Polisi, tanya sama Pak Danrem, Pak Dandim.Tentara itu bersumpah demi Pancasila sampai dengan tegang tidak pernah kenal menyerah. Kalau tidak percaya tanya tuh.”
“Dayak ini juga macam-macam agamanya. Ada yang Islam. Ada yang Katolik. Ada Kristen Protestan. Ada Hindu. Ada Budha. Sebenarnya lagu Jubata tuh, tadi tuh harus yang pertama dinyanyikan sebelum acara ini dimulai. Entah yang menyusun acara ini siapa ndak mau bertanya…”
Menyaksikan pidato Gubernur Cornelis seperti diunggah tersebut macam-macam komentar di laman YouTube. Tampak pro dan kontra. Ada yang mendukung, namun ada yang menyesalkan. Pro dan kontra itulah yang sama terjadi di tengah masyarakat Kalbar sekarang ini bagaikan bola liar.
Berdasarkan pengamatan teraju.id hingga Selasa, 9/5/17 belum ada satu laporan pun yang masuk ke polisi mengenai “hate speech” Gubernur Cornelis jika ada yang merasakan bahwa isi pidato Gubernur Cornelis itu adalah ujaran kebencian. Sebab perlu telaah hukum dan bahasa untuk bisa mendapatkan kebenaran dari pro-kontra yang terjadi saat ini.
“Oleh karena itu kami bertanya kepada Kapolda. Agar situasi yang sempat panas ini bisa kembali kondusif,” ungkap anggota DPRD asal Nasdem, Luthfi A Hadi.
Selain Luthfi yang turut hadir dalam pertemuan dengan Kapolda adalah H Miftah (PPP), H Syarif Ishak Ali Almutahar (Gerindra). Mat Nawer (PPP). Hj Henny (Golkar), H Fatahillah Abror (PKS) , Syarif Amin Muhammad (Nasdem) dan H Subhan Nur (Nasdem).
Pertemuan berlangsung selama dua jam. Dimulai sejak pagi hingga menjelang siang.
Adapun situasi Kalbar pada umumnya dan Kota Pontianak pada khususnya pasca tindakan “pemulangan” ulama yang juga Ketua Umum FPI Ustadz Shabri Lubis dan Hidayat Batangtaris semakin kondusif. Dimana tidak ada lagi penempatan pasukan atau aparat keamanan di tempat-tempat rawan konflik. Begitupula tidak ada protes khusus dari komponen ulama dalam organisasi Majelis Ulama, Muhammadiyah, ataupun Nahdatul Ulama secara resmi di Kalbar. Semua tampak menahan diri lantaran kehebohan di media sosial terus tumbuh menakutkan laksana bola api yang liar.
Adapun di sejumlah masjid, tetap berjalan dengan baik berbagai persiapan menyambut dan mengisi bulan suci Ramadhan. Di beberapa masjid juga menyelenggarakan ceramah agama berisi pengajian isra’ dan mikraj, serta tak satu dua menghadirkan ulama dari luar Kalbar.
Hal serupa terjadi di pasar dan kampus-kampus. Semua aktivitas berjalan normal. “Saya minta kepada para wakil rakyat untuk dapat berperan serta menenangkan masyarakat agar situasi kondusif senantiasa terpelihara,” kata Kapolda. (Nuris)